Libur Natal 2022, Mengapa Orang Eropa dan Amerika Wisata ke Daerah Salju ? Sejarah Sejak Kapan

- 13 Desember 2022, 11:57 WIB
Suasana salju dan Natal di Eropa.
Suasana salju dan Natal di Eropa. /pixabay.com/SparkyM

DESKJABAR – Suasana Natal 2022 sudah terasa di Eropa dan Amerika, dimana suasana di sana memasuki musim salju.

Pada libur Natal 2022, orang-orang Eropa dan Amerika juga wisata ke daerah salju, mengapa dan sejak kapan ? Ada sejarah kapan dimulai.

Lalu mengapa salju dan es menjadi tradisi Natal di Eropa dan Amerika ? Walau sebenarnya, tidak semua negara di Eropa ada saljunya.

Baca Juga: Liburan Natal 2022, Ada 10 Tujuan Musim Salju Favorit di Eropa dan Amerika

Pada bulan Desember, terutama mendekati 25 Desember, cuaca di Eropa (kawasan utara) dan Amerika (terutama di utara dan timur) muncul salju.

Kebetulan, pada saat-saat itu, orang-orang di Eropa dan Amerika umumnya bersiap menyambut Natal.

Sejumlah orang merayakan Natal di Eropa dan Amerika, sengaja menuju perkampungan dan kota yang banyak salju serta bangunan antik.

Baca Juga: Ini Daerah Dengan Nama Terjorok di Jawa Barat, Ada di Ciamis dan Bandung dekat Jalan Tol Purbaleunyi KBB

Dikutip dari whychristmas.com, disebutkan, bahwa salju, es, dan Natal sering berjalan bersamaan, walau pun aslinya tidak diceritakan dalam Alkitab.

Namun, salju turun di Israel dan Wilayah Palestina, tetapi orang Eropa meyakini bahwa Yesus pernah melihat salju.

Disebutkan, mengapa orang-orang di Eropa dan Amerika mementingkan salju ketika merayakan Natal ? Jawabnya, kemungkinan sejak zaman Ratu Victoria di Inggris tahun 1550 hingga 1850.

Baca Juga: Pohon Kiara di KBB (Kabupaten Bandung Barat) dan Majalengka, Dikhawatirkan Ramai Jadi Pesugihan Pemilu 2024

Pada tulisan itu disebutkan, orang-orang dekat Ratu Victoria itulah yang menjadikan tradisi Natal berupa salju.

Patokannya, adalah festival titik balik matahari musim dingin sebelum zaman Kristen/pagan di Eropa, yang sering dilakukan di Sungai Thames, London, Inggris yang membeku !

Orang-orangnya Ratu Victoria menyatukan salju dan Natal, adalah melalui buku “A Christmas Carol” yang ditulis Charles Dickens pada tahun 1843, lalu dibuat film pada tahun 1951.

Baca Juga: Di Majalengka atau Kuningan, Jika di Kuburan Mendengar Suara Wanita Menangis, Dekati akan Terlihat

Sejak saat itu sampai sekarang, orang-orang di Eropa dan Amerika menjadi menganggap Natal terasa lengkap jika ada salju.

Yang diceritakan dalam buku itu kemudian ditampilkan dalam film, sampai kini dijadikan semacam ikon atau inspirasi suasana Natal di Eropa dan Amerika.

Mengapa sampai Amerika ? Karena orang-orang Amerika, dahulunya kebanyakan asal Britania Raya, terutama asal Irlandia rumpun Inggris yang beremigrasi ke benua baru itu.

Baca Juga: Prediksi Argentina Vs Kroasia di Semifinal Piala Dunia 2022 Qatar, Akankah Luca Modric Mengulang Deja Vu 2018?

Karena itu, tradisi orang-orang asal Britania Raya, terutama asal Irlandia masih melekat dengan budaya kehidupan orang-orang Amerika sampai kini.

Di Amerika, hubungan antara salju dan Natal mulai populer sejak munculnya lagu “I’m Dreaming of a White Chrismas” oleh Bing Crosby, aartinya Natal Putih (yaitu suasana serba putih karena salju di sana sini).

Kemudian populer melalui film berjudul “Holiday Inn” berlatarkan perdesaan bersalju di Vermont, Amerika Serikat pada bulan Desember dimana 75 persen salju turun saat Natal di sana. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: whychristmas.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah