Kenapa Harus Bermazhab? Padahal Sudah Ikut Quran Dan Hadist Nabi SAW, Ini Penjelasan Buya Yahya

- 2 September 2022, 21:30 WIB
Buya Yahya menjelaskan kenapa kita harus bermazhab, padahal sudah ikut Quran dan hadist Nabi Muhammad SAW
Buya Yahya menjelaskan kenapa kita harus bermazhab, padahal sudah ikut Quran dan hadist Nabi Muhammad SAW /YouTube Al - Bahjah TV/

 

DESKJABAR - Buya Yahya menjelaskan kenapa harus bermazhab, padahal sudah mengikuti Quran dan hadist Nabi Muhammad SAW.

Sering muncul pertanyaan kenapa harus bermazhab, padahal sudah mengikuti Quran dan hadist Nabi Muhammad SAW.

Kewajiban umat muslim itu  mengikuti Quran dan hadist Nabi Muhammad SAW. Lalu kenapa masih harus bermazhab.

Buya Yahya memiliki jawaban yang detail kenapa harus bermazhab padahal sudah mengikuti Quran dan hadist Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga: Hukum Mengikuti Mazhab, Ikut Mazhab Mana? Simak Penjelasan Ustadz Firanda Andirja

Kata Buya Yahya, kewajiban kita itu adalah mengikuti Quran dan Hadist. Namun tidak bisa mengambil rujukan mentah mentah Quran dan hadist.

Itu, kata Buya Yahya, karena terbatasnya ilmu yang dimiliki, dan bagaimana bisa meneliti Quran dan sunnah atau hadist tersebut dengan ilmu yang terbatas.

"Kita tidak bisa mengambil rujukan mentah mentah langsung kepada Al Quran dan hadist karena terbatasnya ilmu yang kita miliki," kata Buya Yahya.

Untuk itu, mengikuti Quran dan hadist Nabi Muhammad SAW dengan caranya orang yang lebih tahu tentang Quran dan Hadist Nabi Muhammad SAW.

Dan orang yang lebih tahu tentang Quran dan Hadist Nabi SAW tersebut kata Buya Yahya sudah disepakati ijma ulama dari masa ke masa.

"Mereka itu adalah para mujtahid. Para mujtahid ini bukan seseorang yang hanya bisa membaca Quran dan maknanya saja," kata Buya Yahya.

Dijelaskan Buya Yahya para  mujtahid ini mengumpulkan hadist hadist di otaknya. Mereka hafal jutaan hadist, mengkaji satu persatu setiap hadist dan membahasnya.

Untuk menjadi mujtahid dan memahami  Quran dan hadist, tidak hanya cukup dengan bisa berbahasa Arab. Ada Ilmunya, seperti ilmu ushul fiqih, ushul hadist, tafsir, dan sebagainya.

Baca Juga: Kabar Gembira! Bobotoh di Bawah 18 Tahun Boleh Nonton Persib di Stadion GBLA Kota Bandung

"Maka ikutlah para ulama. Karena kita tidak mampu mengkaji Quran dan hadist seperti mengkajinya Quran dan hadist para ulama sebelum kita," kata Buya Yahya.

Caranya kata Buya Yahya bisa dengan  taqlid atau ikut kepada ulama atau guru paling dekat dengan kita.

Dan guru tersebut pun taqlid atau bermazhab kepada salah satu Imam, karena sama sama tidak sampai ilmunya seperti para Imam.

Kata Buya Yahya, para guru atau ulama yang bertawadhu dan menempatkan posisi para Imam di atas mereka.

"Bukan orang orang yang merasa diri jauh lebih pintar dari para Imam, namun kenyataannya tidak," kata Buya Yahya.

Dijelaskan Buya Yahya, jika memang mampu berijtihad silahkan saja. Namun coba telaah lagi.

Baca Juga: 5 Wisata Wonosobo Populer, Kesejukan Udara Dataran Tinggi, Instagramable, Cocok Untuk Healing di Akhir Pekan

Apakah memang diri kita sudah jauh lebih tinggi keilmuannya dibandingkan para Imam mazhab.

Kata Buya Yahya jika orang awan tidak bermazhab dan langsung merujuk pada  Quran dan hadist tanpa ilmu, rentan tersesat.

Harus merujuk pada Quran dan hadist, namun harus juga melalui tangga yang benar yaitu melalui para ulama atau orang yang paham ilmu.

Mazhab para Imam itu berasal dari hasil kajian mereka terhadap Quran dan hadist.

"Maka mengikuti para ulama artinya adalah kita sedang bermazhab," kata Buya Yahya.

Hal tersebut dijelaskan Buya Yahya dalam YouTube Al-Bahjah TV dengan judul " Kenapa Harus Bermadzab ? - Buya Yahya Menjawab" tayang pada 27 November 2018.

Kata Buya Yahya cara kembali kepada Quran dan hadist adalah melalui orang orang yang lebih paham mengenai Quran dan hadist Nabi SAW.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: YouTube Al - Bahjah TV


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah