Makna Kemerdekaan Dimasa Pandemi Corona, Tanpa Kemeriahan dan Lomba, Agustusan Terasa Hampa

- 8 Agustus 2021, 14:45 WIB
Pedagang asongan menawarkan pernak pernik Hari Kemerdekaan RI. Makna Kemerdekaan Dimasa Pandemi Covid-19, Tanpa Kemeriahan dan Lomba, Agustusan Terasa Hampa
Pedagang asongan menawarkan pernak pernik Hari Kemerdekaan RI. Makna Kemerdekaan Dimasa Pandemi Covid-19, Tanpa Kemeriahan dan Lomba, Agustusan Terasa Hampa /ANTARA



DESKJABAR- Hari Kemerdekaan Republik Indonesia (HUT RI) yang ke 76 seminggu lagi.

Lantas apa makna kemerdekaan bagi bangsan Indonesia dimasa pandemi corona (Covid-19) seperti sekarang ini. Apa saja yang bisa diperbuat di Hari menjelang proklamasi Kemerdekaan ini.

Inilah artikel Kemerdekaan Indonesia yang bisa anda simak sebagai renungan dalam mencari makna Hari Kemerdekaan.

Baca Juga: Pidato Kemerdekaan Untuk Anak SD Selalu Dilombakan Saat HUT RI 17 Agustus, Inilah Contoh Pidatonya

Baca Juga: 5 Cara Mengisi Kemerdekaan Saat Pandemi Corona, Salah Satunya Mengikuti Upacara 17 Agustus 2021

 

Baca Juga: Billy Syahputra dan Memes Didukung Netizen agar Berjodoh, Bagaimana Nasib Amanda Manopo ?

Baca Juga: Jelang HUT Kemerdekaan RI Ke-76, Yuk Mengenal Biodata Sayuti Melik, Pengetik Naskah Porklamasi

Dilansir Deskjabar.com dari ANTARA, inilah artikel yang mewakili peringatan 17 Agustus, sekaligus makna kemerdekaan saat pandemi Covid-19.

Bagi warga Indonesia, Agustus identik dengan kemeriahan, tetapi tidak demikian halnya dengan dua perayaan terakhir.

Pandemi virus corona yang sudah 1,5 tahun telah mengubah segalanya. Tak ada kemeriahan dan gegap-gempita aneka lomba pada dua kali Agustus.

Pada 17 Agustus 2020 juga dibatasi sehingga tak ada beragam lomba, apalagi tahun ini ketika angka harian kasus positif terpapar corona sudah berlipat-lipat jumlahnya dibanding tahun lalu. Semua akhirnya mengerem aktivitas publik ketika Corona seperti sedang "ngegas".

Baca Juga: Pro Kontra Amanda Manopo Kembali Pelukan Billy Syahputra, Netizen; Cari yang Perkasa

Baca Juga: Biodata Surastri Karma Trimurti Menaker Pertama, Istri Pengetik Naskah Proklamasi Kemerdekaan

Baca Juga: Cantiknya Amanda Manopo Berhijab, Mengingatkan Para Pria Muslim untuk Sholat Jumat

Penambahan jumlah kasus positif Covid-19 baru pada Jumat 6 Agustus 2021 mencapai 39.532 kasus di seluruh Indonesia. Jawa Barat dan Jawa Timur berada di urutan teratas dengan masing-masing penambahan 4.580 kasus dan 4.490 kasus.

Di posisi ketiga Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan pertambahan 3.598 kasus dan keempat Jawa Tengah yang bertambah 3.022 kasus.

Riau di urutan kelima penambahan jumlah kasus positif Covid-19, yakni 2.205 kasus. Provinsi-provinsi tersebut menggeser DKI Jakarta yang selama beberapa pekan terakhir kasusnya landai.

Wabah ini telah menelan 104.010 korban jiwa warga NKRI. Namun harus diingat pula meski pasien baru bertambah, korban yang sembuh juga terus bertambah setiap hari.

Baca Juga: WOW! Tisu Bekas Seka Air Mata Lionel Messi saat Perpisahan dari Barcelona ke PSG Dijual Rp 14 Miliar

Baca Juga: Ayya Renita Diisukan Ribut dengan Glenca Chysara, Inilah Biodata, Agama, dan IG Pemeran Miss Kiki Ikatan Cinta

Bahkan dari 3.607.863 korban terpapar, sebanyak 2.996.478 orang telah sembuh. Artinya korban memang banyak dan terus bertambah, tetapi pasien yang sembuh juga banyak dan terus bertambah setiap hari.

Namun tingginya angka kesembuhan, jangan sampai membuat terlena, apalagi menyepelekan wabah ini. Disamping kesembuhan, korban meninggal juga bertambah setiap hari dan hal itu membuktikan betapa berisikonya bila terpapar wabah ini.

Dalam konteks angka pertambahan kasus setiap hari itulah peringatan HUT Ke-76 Kemerdekaan RI berlangsung. Peringatan ini harus ada sebagai wujud cinta Tanah Air tetapi juga teramat sempit dimensi ruang dan waktu untuk melaksanakannya.

"Agustusan", demikian sebutan dari tak sedikit warga dalam memeriahkan agenda tahunan itu. Tak sedikit pula warga yang menyebut "tujuh belasan" atau "17-an".

Baca Juga: Pantun Rindu Billy Syahputra Buat Amanda Manopo, yang Pamer Lagi Foto Kemesraannya

Apapun sebutannya, muara yang dimaksud adalah peringatan HUT Kemerdekaan setiap 17 Agustus. Di masa normal (sebelum wabah) bisa dibilang tak ada "Agustusan" tanpa kemeriahan lomba makan kerupuk, tangkap belut, balap karung hingga panjat pinang.

Beraneka kemeriahan selalu menandai peringatan HUT Kemerdekaan RI. Tetapi wabah telah menjadikannya sebagai kenangan dan entah kapan akan terulang lagi.

Upacara peringatannya memang tetap ada tetapi menyesuaikan situasi dan kondisi. Yakni adanya pembatasan aktivitas publik dan penerapan disiplin protokol kesehatan (prokes), meliputi jaga jarak, jauhi kerumunan dan sering cuci tangan.

Meski dengan prokes, upacara benderanya tetap bisa dilaksanakan, tetapi betapa tidak mudah untuk kegiatan yang memeriahkannya. Kemeriahan identik dengan kerumunan dan tanpa jaga jarak.

Dengan aplikasi, lomba makan kerupuk mungkin bisa dilakukan secara daring (online). Tapi tak bisa dibayangkan bagaimana panjat pinang dilakukan daring dengan jaga jarak?

Baca Juga: Tiba-Tiba Saja Amanda Manopo Pajang Foto Kemesraan dengan Billy Syahputra, Balikan Lagi ?

Tanpa lomba
Itulah sebabnya dalam rangka menghindari terjadinya kerumunan dan keramaian, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membatasi kegiatan dan melarang kerumunan massa saat peringatan HUT Ke-76 Kemerdekaan RI pada 17 Agustus mendatang, meskipun kasus positif COVID-19 mulai menurun. Ini demi menjaga momentum turunnya kasus harian COVID-19.

Sama seperti hari besar sebelumnya dan HUT RI tahun lalu, peringatan 17 Agustus mendatang tidak dirayakan dengan aktivitas yang mengundang keramaian termasuk acara perlombaan yang identik dengan kerumunan.

Di era wabah, kerumunan diyakini sebagai biang keladi penularan dan penyebaran virus corona. Kerumunan adalah pilar prokes untuk menekan penularan COVID-19.

Pembatasan dan larangan telah disampaikan Gubernur Anies Baswedan. Keputusan ini merupakan upaya Pemprov DKI Jakarta yang masih menjaga kurva landai kasus aktif di Ibu Kota meskipun trennya sudah jauh menurun dibandingkan dua pekan lalu.

Baca Juga: Papa Nino Ikatan Cinta Tiba Tiba Saja Nongol di Sinetron IC Malam Ini, Pemeran Papa Nino Lebih Terlihat Kurus

Penurunan jumlah kasus COVID-19 merupakan hasil dari upaya pemerintah dari unsur Pemprov DKI Jakarta, TNI, Polri serta masyarakat yang mendukung Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dan PPKM Level 4 selama Juli lalu.

Ini bukti konkret bahwa pembatasan mobilitas yang dilakukan terbukti efektif. Karena itu momentum menjaga agar kurva tetap landai diteruskan.

"Saya mengajak semua untuk jangan kendor. Ini belum selesai," ujar Anies.

Masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan pun diingatkan untuk tidak lengah dan tidak kendor dalam membatasi mobilitas.

Baca Juga: Amanda Manopo, Begini Wajah Ketika Anak-anak, ABG, dan Remaja

Baca Juga: Lagi, Amanda Manopo Pamer Foto Kemesraan dengan Billy Syahputra, Netizen: Susah Move On ya

Hampa
Situasi di tengah wabah dan larangan menyelenggarakan lomba "Agustusan" kali ini akan seperti tahun lalu. Upacaranya tetap dilaksanakan dengan prokes tapi tanpa lomba, baik sebelum maupun setelah upacara.

Maka suasananya menjadi hampa dan hambar. Juga tidak berbeda dengan hari-hari biasa, aktivitas publik berlangsung dalam pembatasan.

Tetapi dalam konteks pengendalian penularan virus corona, pembatasan gerak publik justru cara ampuh untuk menekan dan memutus rantai penyebarannya. Artinya, semakin pergerakan berlangsung tanpa batas semakin sulit menekan kasus positif COVID-19.

Kini masyarakat pun perlu semakin menyadari maksud dan makna pembatasan aktivitas di ruang-ruang publik. Bahwa ternyata diam di rumah dan mengurangi aktivitas publik (kecuali untuk urusan penting) sangat bermakna untuk pengendalian wabah.

Baca Juga: Evan Sanders, Pemeran Nino Ikatan Cinta, Kaget Mendengar Kado yang Diinginkan Anak Mama Rosa

Namun harus diakui bahwa berkurangnya aktivitas publik juga tegak lurus pengaruhnya terhadap aktivitas ekonomi. Hal itu juga berpengaruh terhadap pendapatan tidak sedikit warga yang bergerak di sektor informal, sektor swasta non esensial dan non kritikal.

Pendapatan yang telah terdampak wabah COVID-19 mendorong warga untuk lebih mementingkan kebutuhan dasar rumah tangganya. Keluarga-keluarga kini tentu telah melakukan evaluasi (pengetatan) penggunaan pendapatannya yang sudah terdampak wabah itu.

Wabah ini juga mengharuskan setiap warga dan keluarga betul-betul bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Pun untuk kebutuhan, tentu akan lebih diprioritaskan untuk yang paling mendesak.

Meski demikian, diyakini cinta dan bangga warga kepada negara tidak tergoyahkan di tengah situasi sulit akibat COVID-19. MERDEKA!!***

 

Editor: Yedi Supriadi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah