Asal Usul dan Filosofi Ketupat Kenapa Jadi Santapan Tradisi Lebaran Idul Fitri

- 6 Mei 2021, 11:55 WIB
Cangkang ketupat yang belum diisi beras.
Cangkang ketupat yang belum diisi beras. /Istimewa

DESKJABAR - Lebaran Idulfitri 2021 hanya menyisakan beberapa hari lagi. Adalah sesuatu yang lumrah dalam merayakan hari kemenangan bagi umat muslim di negera kita Indonesia itu, selalu menghidangkan ketupat sebagai sajian utama Lebaran.

Birpuluh-puluh tahun lamanya, secara turun temurun, setiap Idul Fitri ketupat selalu hadir dihidangkan bersama opor ayam, sambal goreng ati, semur daging, dan beberapa makanan lainnya. Di santap bersama keluarga seusai melaksanakan sholat Ied di lapangan.

Meski ketupat sudah bukan hal yang aneh, namun rupanya masih banyak yang belum mengetahui asal mulanya. Pernahkah bertanya-tanya, bagaimana sebenarnya sejarah ketupat?. Berikut asal-usulnya yang dihimpun DeskJabar dari berbagai sumber.

Baca Juga: Real Madrid, Barcelona, Juventus, AC Milan Dancam Larangan Tampil di Liga Champions

Sunan Kalijaga

Ketupat sudah ada sejak zaman Hindu-Budha, bahkan jauh sebelum ketupat menjadi bagian tradisi Lebaran masyarakat Indonesia. Di kalangan umat muslim, ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga pada abad ke-15 untuk menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.

Rupanya Sunan Kalijaga memaklumi benar dengan budaya masyakat kita pada masa itu yang masih beragama Hindu-Buda. Asimilasi budaya pun dilakukan oleh Sunan Kalijaga melalui ketupat. Dan akhirnya, kesakralan budaya ketupat dalam Hindu-Budha bergeser menjadi tradisi Islami.

Dalam penyebarannya, Sunan Kalijaga membudayakan istilah yang dikenal dengan Bakda (Ba’da) yang artinya "setelah". Ada dua buah Bakda yang dibudayakannya, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.

Bakda Lebaran adalah saat Hari Raya Idul Fitri, di mana seluruh umat Islam diharamkan untuk berpuasa. Sedangkan Bakda Kupat adalah hari raya bagi orang yang melaksanakan puasa Syawal selama enam hari. Biasanya, Bakda Kupat dilaksanakan satu minggu setelah Lebaran.

Baca Juga: Jadwal Trans TV Hari Ini 6 Mei 2021: Bioskop Trans TV Triple 9 dan From Beijing With Love

Singkatan ketupat

Ketupat atau kupat sendiri konon merupakan singkatan dari bahasa Jawa "ngaku lepat" yang artinya mengakui kesalahan. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa kupat merupakan singkatan dari "laku papat" atau empat tindakan.

Tradisi sungkeman yang sering dilakukan, menjadi implementasi dari ngaku lepat bagi masyarakat Jawa. Prosesi sungkeman, dilakukan dengan bersimpuh di hadapan orang tua sambil meminta maaf atas berbagai kesalahan terdahulu.

Sedangkan laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan lebaran. Empat tindakan tersebut adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan.

Lebaran memiliki makna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Kata ini berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.

Luberan memiliki makna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang Lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.

Leburan memiliki makna habis dan melebur. Maksudnya pada momen Lebaran, dosa dan kesalahan kamu akan melebur habis. Karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

Laburan adalah labor atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya adalah agar manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

Baca Juga: Humor Sueb Edisi Ramadhan: Umpan Mancing yang Hebat

Filosofi ketupat

Ketupat memliki beberapa filosofi. Pertama, mencerminkan beragam kesalahan manusia. Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat.

Kedua mencerminkan kesucian hati. Biasanya untuk makan ketupat, kita harus membuka anyamannya terlebih dulu. Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih, hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

Ketiga mencerminkan kesempurnaan. Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.

Keempat, karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang “Kupat Santen“, kulo lepat nyuwun ngapunten alias "mohon maaf, saya salah".***

Editor: Zair Mahesa

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah