Baca Juga: Belum Ada Informasi Resmi dari Arab Saudi, Terkait Penyelenggaraan Haji Indonesia 1442 H/2021 M
Film ini mengisahkan seorang pejuang revolusi Indonesia yang jatuh cinta kepada salah seorang gadis Indo yang bertemu di tempat pengungsian.
Film ini mengisahkan perjalanan panjang (long March) prajurit divisi Siliwangi RI, yang diperintahkan kembali dari Yogyakarta ke Jawa Barat setelah Yogyakarta diserang dan diduduki pasukan Belanda.
Film ini lebih difokuskan pada Kapten Sudarto yang dilukiskan bukan sebagai pahlawan tetapi sebagai manusia biasa. Meski sudah beristri di tempat tinggalnya, selama di Yogyakarta dan dalam perjalanannya ia terlibat cinta dengan dua gadis. Ia sering tampak seperti peragu.
Pada waktu keadaan damai datang, ia malah harus menjalani penyelidikan, karena adanya laporan dari anak buahnya yang tidak menguntungkan dirinya sepanjang perjalanan.
Ia memilih tidak memenuhi panggilan untuk penyelidikan dan memilih keluar dari tentara.
Perjalanan diakhiri dengan telah berdaulat penuhnya Republik Indonesia pada 1950, dan dengan ditembaknya Sudarto oleh anggota partai komunis yang diperanginya, waktu terjadi peristiwa pemberontakan PKI Madiun (1948).
Film “Darah dan Doa” menjadi tonggak perkembangan pefilaman Indonesia, menurut data hingga saat ini jumlah film yang telah diproduksi di Indonesia mencapai 3.473 judul film.
Film terlaris produksi lokal dalam sejarah perfilman Indonesia adalah “Warkop DKI Reborn” Part 1 tahun 2016. Film tersebut ditonton sebanyak 6,7 juta orang. ***