SEJARAH HARI INI, Film 'Darah dan Doa' , Film Berbiaya Rp 150.000 Jadi Tonggak Sejarah Perfilman Indonesia

- 30 Maret 2021, 07:05 WIB
Film "Darah dan Doa" jadi tonggak perfilman Indonesia yang kemudian tanggal 30 Maret ditetapkan sebagai Hari Film Nasional
Film "Darah dan Doa" jadi tonggak perfilman Indonesia yang kemudian tanggal 30 Maret ditetapkan sebagai Hari Film Nasional /Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat/

Setahun kemudian, sutradara G, Kruger bersama perusahaan film JAWA NV, kembali membuat film keduanya yakni “Eulis Atjih”. Film bisu hitam putih tersebut mengisahkan kehidupan rakyat pribumi dimana seorang istri dan anaknya ditingal suami atau ayah untuk berofoya-foya hingga keluarga tersebut jatuh miskin.

Uniknya, dalam film ini sudah memakai nama “Indonesia”, padahal nama “ Indonesia” untuk wilayah Hindia Belanda tersebut, baru resmi dalam Sumpah Pemuda tahun 1928.

Film ini dirilis pertama kali pada Agustus 1927 di Bandung, dan sebulan kemudian di Surabaya. Film ini mencatat sukses dan diminati terutama oleh kalangan etnis China. Sayangnya, ketika film ini dipasarkan ke luar negeri melalui Singapura, tidak sesukses seperti di dalam negeri.

Tahun 1928, para pekerja film dari Shanghai datang ke Indonesia untuk memproduksi film "Lily van Java". Meski Loetoeng Kasaroeng dan Lily van Shanghai banyak melibatkan aktor lokal, namun kedua film pertama tersebut lebih merepresentasikan dominasi Belanda dan Cina.

Baca Juga: Destinasi Wisata Curug Taringgul Miliki Magnet Kenyamanan Bersama Alam

Demikian pula pada masa penjajahan Jepang, film yang sempat dihentikan dan diganti dengan film propaganda, tak banyak memperlihatkan film karya buatan anak bangsa.

Baru “Darah dan Doa” yang menjadi film pertama anak bangsa. Selain disutradarai Usmar Ismail, skenario ditulis oleh Sitor Situmorang.

Perjuangan Usmar Ismail untuk memproduksi film ini tidaklah mudah. Usmar harus berhadapan dengan dua masalah utamanya, yakni modal dan alat-alat produksi.

Namun, dengan bantuan Menteri Penerangan RI, Sjamsuddin dan para mantan staf Multi-Film, ia akhirnya bisa mengumpulkan modal pinjaman senilai Rp 150.000.

Kala itu biaya sebesar itu terbilang besar karena film-film lain kebanyakan bermodal Rp 100.000.

Halaman:

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x