DESKJABAR – Hingga Minggu 22 November, Tim Evakuasi masih terus berupaya mencari tujuh dari sepuluh penambang emas yang menjadi korban tanah longsor di kawasan Sei Seribu, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah (Kalteng).
"Pencarian korban terkendala beratnya medan dan kondisi cuaca. Hingga saat ini, hari keempat, kami masih terus melakukan pencarian tujuh korban yang masih tertimbun dalam tambang," ujar Kepala Basarnas Palangka Raya, Hariyadi, Minggu, 22 November 2020.
Dijelaskan Hariyadi, kendala yang dihadapi tim evakuasi yaitu cuaca yang tidak menentu. Hujan yang terkadang turun membuat lobang tambang utama (main hole) dengan lebar 80 cm dan dalam 80 meter tertutup air dan material.
Baca Juga: Sepuluh Orang Warga Salopa Tasikmalaya Tertimbun Longsor di Kedalaman 65 Meter Saat Menambang Emas
Baca Juga: Tiga dari 10 Penambang Emas Warga Salopa Tasikmalaya yang Tertimbun Longsor Ditemukan Meninggal
“Sesuai SOP, Basarnas akan melakukan pencarian hingga tujuh hari sejak 19 November hingga 25 November 2020. Setelah itu, Basarnas akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat”, katanya.
Penambang Emas Salopa
Sebagaimana diketahui, musibah tanah longsor itu terkjadi Kamis, 19 November 2020. Sebanyak 10 orang penambang emas tertimbun tanah longsoran di kedalaman 65 meter. Belakangan diketahui, para korbani semuanya berasal dari Kecamatan Salopa, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Dari 10 orang yang tertimbun tanah galian terowongan, 3 yang sudah ditemukan Jumat, 20 November 2020 dalam kondisi meninggal dunia. Sedangkan 7 orang lainnya masih terus dicari.
Tidak diketahui dengan pasti sejak kapan awalnya. Namun dari berbagai sumber yang DeskJabar himpun, sejak dulu warga Salopa memang dikenal sebagai penambang emas tradisional. Mereka banyak berpetualang menjadi pekerja pertambangan tradisional ke sejumlah daerah di luar Pulau Jawa.