Baca Juga: Di Garut Warga Panik Mengucap Takbir, Turun Hujan Es Sebesar Kelereng , Angin Kencang dan Petir
Sedangkan warga Salopa yang tidak merantau berpetualang menjadi penambang di luar daerah, kebanyakan berprofesi sebagai petani, mengolah kebun dan pedagang.
Jika ditanya alasan kenapa memilih bekerja di pertambangan tradisional di luar pulau Jawa? Mereka umumnya menjawab karena tergiur oleh warga yang sukses setelah menjadi penambang emas. Ada yang bisa membangun rumah, membeli kendaraan, hewan ternak, tanah atau kebun.
Hal itu lah yang menjadi daya tarik bagi warga Salopa lainnya untuk menjadi penambang emas, meski pekerjaan tersebut nyawa taruhannya. Untuk bekerja menjadi seorang penambang, ada pemodal yang disebutnya Bos.
Si Bos membiayai semua ongkos perjalanan dan biaya hidup di pertambangan. Sekali berangkat berombongan bisa belasan hingga puluhan orang, dijemput ke Jakarta. Selanjutnya dari Jakarta naik pesawat ke daerah tujuan.
Baca Juga: Jeroan Ikan Jangan Dibuang, Mengandung Protein dan Lemak Tak Jenuh yang Baik Bagi Tubuh
Baca Juga: Gotas, Aplikasi Berbasis Pemberdayaan Asli Karya Putra Daerah Tasikmalaya
Jika sudah bekerja dan membuahkan hasil, semua ongkos yang dikeluarkan si Bos diganti, dipotong dari penghasilan mereka. Banyak juga yang tidak sukses sehingga untuk bisa pulang ke kampung halamananya meminta kiriman uang dari keluarga di Salopa.
Kebanyakan warga Salopa berangkat menjadi penambang emas di Kalimantan, Palu, Manado, Jambi dan Padang. Konon di daerah ini hasilnya bisa lebih besar dibanding daerah lainnya. Syarat untuk bekerja sebagai penambang cukup KTP dan keinginan untuk bekerja tanpa paksaan.
Banyaknya warga Salopa yang bekerja sebagai penambang di luar Pulau Jawa dibenarkan Camat Salopa, Fuad Abdul Azis. “Umumnya mereka karena tergiur oleh hasil yang didapatkan dari para penambang pendahulunya yang sukses”, katanya.***