DESKJABAR - Tragedi Kanjuruhan Malang yang menimbulkan ratusan korban jiwa dan luka luka, membuat legenda sepakbola Brasil Pele ikut bersedih dan berduka. Sementara Komdis PSSI memberikan sanksi keras untuk Arema FC dan Panpel atau panitia pelaksana.
Pele yang merupakan mantan bomber Timnas Brasil ini menyebutkan kekerasan tidak punya tempat dalam olahraga.
"Tidak ada kekecewaan dari kekalahan yang dapat membenarkan kita kehilangan cinta kasih kepada sesama manusia. Olahraga seharusnya menjadi wujud cinta," ujar Pele.
“Pekan ini, kita menyaksikan salah satu bencana terbesar dalam sejarah sepak bola. Ada 32 anak-anak dari 125 orang yang meninggal dunia,” kata Pele dalam sebuah unggahan melalui media sosialnya, Selasa.
Kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang terjadi ketika ribuan suporter Arema FC, Aremania turun dari tribun dan masuk ke area lapangan setelah tim kesayangannya kalah 2-3 dari Persebaya pada laga lanjutan Liga 1 Indonesia 2022-2023.
Akibat dari tragedi Kanjuruhan Malang yang mengenaskan ini, Presiden Joko Widodo meminta tim pencari fakta dapat menuntaskan tugasnya dalam kurun waktu satu bulan.
Sementara itu, PSSI telah memutuskan untuk memberhentikan sementara seluruh kompetisi Liga 1 Indonesia 2022/2023 hingga waktu yang tidak dapat ditentukan sembari menunggu hasil investigasi insiden di Stadion Kanjuruhan.
Komite Disiplin PSSI juga telah menjatuhkan sanksi terhadap Arema FC dan panpel terkait kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10), yang menewaskan 125 orang dan melukai ratusan lainnya.
"Arema FC dilarang menyelenggarakan pertandingan dengan penonton di stadion jika bertindak sebagai tuan rumah sampai Liga 1 Indonesia 2022-2023 selesai," ujar Ketua Komite Disiplin PSSI Erwin Tobing, dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Erwin juga mengatakan Arema FC pada sisa Liga 1 Indonesia 2022-2023 saat menjadi tuan rumah tidak lagi bermain di Stadion Kanjuruhan, Malang, tetapi wajib pindah ke tempat yang jaraknya minimal 250 kilometer dari markas semula.
Sanksi lainnya, Arema FC harus membayar denda sebesar Rp250 juta. Komite Disiplin PSSI menilai Arema FC gagal menjalankan tanggung jawab untuk menjaga ketertiban dan keamanan selama pertandingan.
"Panitia pelaksana tidak bisa mengantisipasi masuknya suporter ke lapangan," kata Erwin Tobing.
Komite Disiplin PSSI juga menjatuhkan hukuman berat kepada Ketua Panitia Pelaksana Arema FC Abdul Haris dan Petugas Keamanan (Security Officer) Arema FC Suko Sutrisno.
Baca Juga: Dekatkan Bisnis UMKM dengan Pembeli secara Digital, Startup DekatKita Resmi Luncurkan Layanan
Abdul dan Suko divonis tidak dapat beraktivitas di lingkungan sepak bola selama seumur hidup.
Kesalahan dari panpel pertandingan Arema FC adalah tidak membuka beberapa pintu stadion mulai menit ke-80.
Situasi tersebut menyebabkan banyak suporter kesulitan mencari jalan keluar setelah polisi menembakkan gas air mata. Akibatnya, mereka terjepit dan terimpit di keramaian yang berujung pada jatuhnya korban jiwa.
"Itu kesalahan dari panpel," tutur Ahmad anggota Komite Eksekutif PSSI Ahmad Riyadh.***