Olimpiade Tokyo 2021, PM Jepang Jalan Terus Meskipun Publik Menentang, Ini Alasannya

18 Januari 2021, 15:39 WIB
HAMPIR 80 persen warga Jepang menganggap bahwa OlimpiadeTokyo 2021, yang telah tertunda setahun karena pandemi virus corona, harus ditunda lagi atau dibatalkan penyelenggaraannya. /ANTARA/Antara


DESKJABAR - Perdana Menteri/PM Jepang Yoshihide Suga bertekad untuk maju terus dengan persiapan penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2021, meskipun penentangan publik yang semakin meningkat saat Jepang memerangi lonjakan kasus Covid-19.

"Kami akan terus maju dengan persiapan, dengan tekad membangun langkah-langkah antiinfeksi yang sangat ketat, dengan menyelenggarakan acara yang dapat membawa harapan dan keberanian kepada dunia," tutur PM Jepang Yoshihide Suga dalam pidato kebijakan di awal sesi sidang parlemen yang dilansir Antara, Senin, 18 Januari 2021.

PM Jepang Yoshihide Suga melontarkan pernyataan itu setelah Menteri Administrasi dan Reformasi Taro Kono mengatakan kepada Reuters, pekan lalu, bahwa Olimpiade mungkin tidak berjalan sesuai rencana.

Baca Juga: Atas Nama Kebebasan, Ribuan Orang di Amsterdam Menentang Penguncian Covid-19

Jajak pendapat media baru-baru ini menunjukkan hampir 80 persen warga Jepang menganggap bahwa OlimpiadeTokyo 2021, yang telah tertunda setahun karena pandemi virus corona, harus ditunda lagi atau dibatalkan penyelenggaraannya.

Jepang tidak terlalu terpukul oleh pandemi dibandingkan banyak negara maju lain. Akan tetapi, lonjakan kasus baru-baru ini mendorong negara itu menutup perbatasannya bagi warga negara asing. Pemerintah juga mengumumkan keadaan darurat di Tokyo dan kota-kota besar lain.

Suara dukungan terhadap PM Jepang Yoshihide Suga anjlok setelah para kritikus menyebut penanganan pandemi oleh pemerintah terlalu lamban dan tidak konsisten.

Namun, pernyataan terakhir PM Jepang Yoshihide Suga itu menggemakan janji Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach bahwa Olimpiade Tokyo akan menjadi "tanda-tanda kemajuan" dalam perang pandemi global.

Baca Juga: UMKM Kota Bandung Naik Kelas, 56 Perusahaan Dalam Negeri dan Asing Siap Kucurkan Dana ke UMKM

Penyelenggara olimpiade tidak hanya berhadapan masalah logistik. Ada sejumlah keputusan sulit yang harus diambil, Misalnya, soal bagaimana menyambut penonton dan atlet seraya tetap menjalankan protokol kesehatan untuk melindungi diri dari virus.

Surat kabar Yomiuri Shimbun mengabarkan, IOC mengharapkan hanya sekitar 6.000 atlet yang hadir pada upacara pembukaan. Jumlah itu turun dari angka awal sekitar 11.000 atlet dari 200 negara.

Yomiuri Shimbun melaporkan, penyelenggara berencana untuk mengurangi lamanya acara. Para atlet tidak akan diizinkan tiba di Desa Olimpiade lebih dari lima hari sebelum mereka bertanding. Mereka pun harus meninggalkan tempat itu dua hari setelah rangkaian pertandingan yang mereka ikuti selesai.

Baca Juga: Indonesia Berduka: 81 Warga Meninggal Dunia Akibat Gempa Mamuju dan Majene; BNPB Kirim Bantuan

Baca Juga: Update Covid-19 Nasional, Sepuluh Hari Terakhir Bertambah Hampir 100.000 Kasus; Jabar di Posisi Dua

Baca Juga: Update Covid-19 Jawa Barat, Depok dan Karawang Belum Beranjak, Empat Daerah Lain Masuk Zona Merah

"Kami perlu mempertimbangkan kembali jumlah peserta pada upacara pembukaan dan penutupan dan bagaimana mereka memasuki stadion," kata panitia penyelenggara Tokyo 2020 melalui surat elektronik.

Panitia penyelenggara olimpiade menegaskan, semua langkah itu untuk memastikan keselamatan dan keamanan para atlet.

Editor: Samuel Lantu

Sumber: Antara Yomiuri Shimbun

Tags

Terkini

Terpopuler