Data Pribadi Diretas Warganet, Psikolog IPB Bogor Beberkan Dampak Doxing Bagi Kesehatan Mental, Simak Infonya

- 29 Mei 2024, 20:15 WIB
Psikolog IPB University, Dr Nur Islamiah, Psi menanggapi maraknya doxing di media sosial
Psikolog IPB University, Dr Nur Islamiah, Psi menanggapi maraknya doxing di media sosial /IPB University/


DESKJABAR - Aksi peretasan data pribadi yang dilakukan oknum tidak bertanggung jawab, akhir-akhir ini cukup meresahkan masyarakat, dan tren media sosial tengah marak dengan fenomena doxing.

Baru-baru ini sempat viral di media sosial, tersebarnya data pribadi penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar-Kuliah (KIPK) yang dianggap tak layak mendapatkannya.

Apa sebenarnya doxing itu? Doxing adalah perubahan pelafalan singkatan “docs” yang mengacu pada kata “documents”.

Di era 1990an, istilah doxing diambil dari kata slang “dropping dox”, populer dikalangan para peretas, menjelaskan strategi serangan balik kepada lawan menggunakan data pribadinya yang semula bersifat pribadi menjadi terbuka untuk umum.

Baca Juga: IPB Bogor Kolaborasi Dengan RSUD Cibinong, Begini Kata Direktur IPB Training, Muhammad Sigit Susanto

Saat ini doxing merupakan satu bentuk cyberbullying (perundungan dunia maya), yakni saat pelaku bullying menyebarkan data pribadi orang lain tanpa izin dengan tujuan menyerang personal pihak tertentu.

Penjelasan Psikolog IPB University

Psikolog IPB Bogor, Dr Nur Islamiah, Psi  mengatakan, bahwa doxing tak hanya merenggut hak privasi seseorang, namun juga berpotensi menimbulkan diskriminasi, dan aktivitas bullying lainnya seperti kekerasan verbal yang bahkan dapat menimbulkan ancaman fisik, bahkan doxing lebih jauh bisa berdampak pada kesehatan mental seseorang.

“Korban cyberbullying termasuk doxing biasanya mengalami tekanan psikologis, diantaranya gangguan kecemasan, merasa malu, rendah diri, bahkan depresi (ketakutan berlebihan). Hal ini disebabkan oleh terbukanya informasi pribadi yang sensitif ke hadapan publik sehingga sangat mungkin korban mendapatkan tekanan dan pesan-pesan negatif,” paparnya.

Baca Juga: Kenaikan UKT Tahun 2024 Telah Dibatalkan Mendikbudristek, Begini Tanggapan Rektor IPB Bogor, Prof Arif Satria

Terkait fenomena penerima beasiswa KIP-K, menurutnya setiap orang berhak atas privasi. “Walaupun memang benar bersalah. Ada mekanisme hukum yang berlaku dan bisa digunakan untuk meluruskan bentuk pelanggaran yang terjadi” jelasnya.

“Dengan pembukaan data pribadi di dunia maya, dikhawatirkan adanya pelanggaran penggunaan informasi pribadi yang dapat merugikan. Selain itu, mempermalukan orang di hadapan khalayak tentu bukan cerminan etika yang baik, serta memiliki dampak buruk terhadap kesehatan korban, baik fisik maupun mental,” tandasnya.

Ia menambahkan, jika menemukan kejanggalan seperti kasus yang sedang viral saat ini, alih-alih melakukan doxing yang mengarah pada cyberbullying, ada baiknya melapor ke kanal aduan resmi.

“Terlebih, bagi seorang mahasiswa yang baik tentunya menjunjung nilai-nilai akademis, salah satunya selalu menguji dan mempertanyakan kebenaran sesuatu, bukan ikut-ikutan menghakimi, terlebih tanpa adanya bukti yang terang benderang,” imbuh dia.

Baca Juga: Menteri ATR/BPN Agus Yudhoyono (AHY) Serahkan Sertifikat Elektronik Kepada Nirina Zubir, Begini Kata Nirina

Agar fenomena doxing tak lagi berulang, dosen Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB Bogor ini berpesan agar generasi muda perlu terus belajar, termasuk memahami dampak negatif dari perilaku doxing, yaitu dapat merugikan orang lain, pelanggaran privasi dan pencemaran nama baik. Selain itu, doxing juga dapat mengganggu kesehatan mental korbannya.

“Kedua, sadari bahwa setiap manusia memiliki hak atas privasi mereka dan doxing berarti melakukan tindakan tidak etis dan merugikan orang lain. Perilaku ini juga memiliki konsekuensi hukum terhadap pelaku,” pesannya.

Ketiga, ia menyarankan, hindari untuk terlibat dalam kontroversi di dunia maya yang belum jelas duduk perkaranya. Karena hal ini dapat memicu dorongan untuk melakukan doxing.

“Fokuskan diri pada hal-hal yang positif dan bermanfaat terutama terkait dengan pertumbuhan kualitas diri, misalnya melakukan hobi yang disukai, serta mengembangkan potensi, bakat dan kreativitas. Secara pribadi kita masih memiliki banyak ruang yang harus dibenahi. Jangan kita sibuk mengurusi ruangan orang lain,” ungkapnya.

Baca Juga: HOREE Bantuan Gempabumi Cianjur 2022 Tahap 4 CAIR 818,550 Miliar, Begini Kata Bupati Cianjur, Herman Suherman

Agar terhindar dari korban tersebarnya data pribadi, ia juga berpesan untuk menggunakan gadget secara bijaksana. Bagikan informasi seperlunya, tidak semua harus dibagikan kepada khalayak, termasuk membagikan informasi pribadi.

Kemudian berhati-hati terhadap phising, yaitu ketika ada pihak yang meminta informasi melalui pesan instan atau email tanpa verifikasi yang jelas.

Halaman:

Editor: Agus Sopyan

Sumber: IPB University


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah