Marak Jebak Tikus Pakai Listrik di Sawah, Kementan Melarang Tegas Karena Berbahaya

- 16 April 2024, 09:15 WIB
Perangkat listrik masuk sawah untuk pertanian padi.
Perangkat listrik masuk sawah untuk pertanian padi. /dok Humas Kementerian Pertanian

DESKJABAR – Upaya pengendalian hama tikus di sawah dengan menggunakan jebakan listrik sedang marak di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Pihak Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan himbauan, agar para petani menghentikan karena membahayakan jiwa.

Pada sisi lain, Kementan sedang melakukan Gerakan Listrik Masuk Sawah (Gelisah) ke sejumlah sawah di Pulau Jawa. Gerakan listrik masuk sawah tersebut, sebagai upaya memasok energi untuk modernisasi dan mekanisasi pertanian padi.

Rupanya, Kementan khawatir, gerakan listrik masuk sawah yang dilakukan Kementan digunakan pula oleh petani untuk menjebak tikus. Boleh jadi, menjadi meningkat resiko berbahaya di sawah banyak orang tersentrum listrik, yang semula ditujukan untuk para tikus.

 Baca Juga: Dukung Program Pompanisasi, Kementan Gerakan Listrik Masuk Sawah, Indramayu Gelisah

Dilarang keras

Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, di Jakarta, Selasa, 16 April 2024, melarang Gerakan Listrik Masuk Sawah jangan digunakan untuk hal-hal yang membahayakan.

Disebutkan, listrik masuk sawah digunakan untuk menggerakan mesin pompa air, alat olah lahan, mesin pembuatan kompos, alat panen dan pasca panen, juga lampu perangkap hama dan lainnya.

“Dalam hal ini dilarang keras menggunakan kawat listrik untuk jebakan tikus sawah, sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa,” ujar Suwandi.

Menurut Suwandi, untuk modernisasi alsintan diperlukan energi yang efektif dan efisien. Oleh sebab itu, sudah saatnya listrik masuk sawah.

Ia menyebutkan, berdasarkan berbagai pengalaman praktek lapangan dalam menggunakan energi untuk proses budidaya di sawah, petani merasakan lebih hemat menggunakan energi listrik, dibandingkan bahan bakar minyak, gas, sedangkan energi solarcell belum begitu meluas di petani.

Pihak Kementan sudah menggelar Rakor LTT dan Elektrifikasi pada Sabtu 13 April 2024.

Baca Juga: Usai Harga Beras Mahal, Panen Pertanian Padi Jawa Barat Dibayangi Hama Tikus 2024

 

Lebih irit ?

Sementara itu, Tenaga Ahli Madya Bidang Mekanisasi dan Alsintan PLN, Astu Unadi mengatakan penggunaan listrik untuk energi mesin pompa air jauh lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar lain. Alasannya, untuk penguin listrik bisa disetting secara otomatis.

Astu memaparkan, mesin pompa itu bisa digerakan oleh beberapa sumber tenaga, antara lain dengan dengan diesel. Dan umumnya mesin pompa lebih dari 8 house power kalau diameter pipanya besar.

"Untuk Diesel 8 housepower, kalau kita rupiahkan dengan rata-rata harga  solarnya 6.800, saya kemaren ngecek di Palembang harganya bisa naik di tingkat petani 10.000 per liter. Jadi tinggal dikalikan saja 22.000 rupiah perjam. Kemudian kalau untuk bensin, 5 houspower kebutuhan bahan bakarnya antara antara 1,2 samapai 1,37 liter perjam. kalau harganya itu Rp. 10.000 per liter di pom bensin biasanya di petani di desa itu jauh lebih dari pom bensin sehingga harganya lebih mahal," Paparnya.

Astu menjelaskan, saat ini harga pompa bensin itu harganya 13.700 rupiah per jam. Kemudian kalau listrik sama-sama 5 housepower, kalau kita konversi menjadi kilo watt itu adalah 3,75 kilo watt per jam.

"Nah kalau tarif listrik harganya Rp. 1.600 rupiah per KWH. Maka harganya disini Rp. 6000. Mari kita lihat perbandingan antara 6.800 dengan power yang sama, dengan 13.700, ini belum termasuk oli, kemudian perlu operator dan lain-lain," jelasnya.

Menurut Astu, penggunaan listrik, tidak begitu perlu operator, “Kita bisa ngeset otomatis, gak perlu oli hanya langganan. Jadi ini hampir kurang dari setengahnya, mungkin 40 %, belum dihitung oli, kalau dihitung oli mungkin sepertiganya,  katanya. ***

 

 

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah