DESKJABAR - Kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang, sebenarnya adalah kasus domestik. Pelaku dan saksi-saksinya juga tidak jauh-jauh dari lingkungan keluarga dan tidak banyak yang terlibat. Tapi kenapa pengungkapannya lambat?
Dalam acara live ‘Forensic Talk’ di Instagram dengan tema ‘Kasus Subang’ yang diselenggarakan Pusat Forensik Terintegrasi Universitas Indonesia (UI) Minggu, 7 November 2021 sore, dr. Sumy Hastry Purwanti, pakar forensik Polri membeberkan kendalanya.
Menurut Hastry --demikian panggilannya-- yang membuat lambat pengungkapan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang (meski penyidikan sudah dilakukan berulang bahkan autopsi harus dilakukan dua kali) karena olah TKP tidak sinergi, tidak konferehensif holistik, tidak bersama-sama.
“Jadi setelah digelar masing-masing berbicara tidak konek. Artinya kita ulang lagi dari inafisnya dari labfornya, dari penyidikannya dari IT-nya bahkan dari kedokteran kepolisian seperti saya dokter forensik. Kuncinya memang kita harus selalu bersama-sama”, ungkap dr. Hastry pada acara yang dipandu Prof. Adrianus Meliala pakar kriminologi dan kepolisian itu.
Namun begitu, Hastry mengatakan dalam kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang tidak perlu menyalahkan pihak lain, misalnya penyidik Polres Subang. Tapi semua pihak harus sama-sama bisa mengambil pelajaran dari kasus ini agar ke depan lebih baik lagi.
Untuk menuju ke arah perbaikan itu, Hastry berharap satu saat nanti jika ada kasus lain seperti pembunuhan ibu dan anak di Subang bisa menyertakan ahli kriminologi dan ahli forensik lainnya.