Kang Dedi Mulyadi : Pengangkatan Guru ASN dengan Seleksi Melahirkan Ketidakadilan

- 4 April 2023, 14:18 WIB
Kang Dedi Mulyadi
Kang Dedi Mulyadi /

DESKJABAR – Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi meminta pemerintah melakukan evaluasi terhadap proses pengangkatan guru ASN. Sebab proses seleksi yang ada saat ini justru melahirkan ketidakadilan bagi insan pengabdi.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kang Dedi usai bertemu seorang guru bernama Ujang Yayah Hidayat yang telah mengabdi selama 15 tahun sebagai guru honorer di Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta.

Mulanya Kang Dedi yang sedang berkeliling dalam rangkaian kegiatan Safari Ramadan ‘Hariring Peuting Romadon Mendak Caang Poek Peuting’ di Lapangan Desa Sukamaju, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, kemarin malam.

Baca Juga: Tarling Bupati Ciamis : Kali ini 132 Rutilahu Untuk Warga Eks Kewedanaan Rancah

Dalam kegiatan tersebut ia bertemu dengan Ujang yang juga sehari-hari berjualan kopi keliling bersama istrinya Tia Gustami. Ia berjualan untuk mencari penghasilan tambahan dari honor mengajarnya yang hanya Rp 750 ribu per bulan.

“Hari ini ada peristiwa tak biasa saya bertemu dengan guru yang ternyata di acara dia berjualan kopi. Dia juga setiap hari jualan kue juga di sekolahnya yang dibuat oleh istrinya,” ujar Kang Dedi Mulyadi.

Potret Ujang sebagai pahlawan tanpa tanda jasa adalah cerminan mayoritas kondisi guru di Indonesia. Sebagai seorang guru, Ujang tak kunjung diangkat menjadi ASN meski sudah 15 tahun mengabdi.

Meski bukan bidang Kang Dedi Mulyadi untuk mengurusi persoalan pendidikan, namun sebagai wakil rakyat ia mendorong agar pemerintah melakukan evaluasi pada sistem pengelolaan kepegawaian di lingkungan pendidikan.

“Kita harus membuat rasio berapa sih guru yang dibutuhkan, sehingga kita bisa membangun sistem pengajar itu tidak lagi menghadapi problem pendapatan yang disebabkan oleh ketidakmampuan negara dalam membayar honor mereka,” ucap pria yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPR RI itu.

Ia mencontohkan, saat ini di Kabupaten Purwakarta terdapat ratusan guru ASN yang sudah pensiun. Namun hingga kini belum ada penggantinya baik dalam status ASN atau PPPK.

Kang Dedi sendiri sejak dulu tidak setuju dengan pengangkatan guru dengan cara seleksi. Ia lebih setuju pengangkatan dilakukan mengurut berdasarkan masa pengabdian.

Baca Juga: UPDATE Tol Getaci, Desa Padamukti akan Terima Uang Ganti Rugi pada 10-13 April 2023, Desa Mana Lagi Menyusul?

“Pengangkatan guru ASN dengan seleksi itu melahirkan ketidakadilan. Orang yang baru lulus kuliah kemungkinan besar pasti lulu, beda dengan orang yang sudah mengabdi lama sudah banyak beban pikiran dan mungkin juga sudah lupa dengan ilmu yang berkaitan dengan seleksi,” ucapnya.

Menurut Kang Dedi, pengangkatan guru baru yang berasal dari fresh graduate tak menjamin mereka bisa bekerja dengan baik. Sementara mereka yang telah mengajar lama telah memiliki loyalitas pengabdian bertahun-tahun bertahan dengan honor yang sangat kecil.

“Ideal jumlah guru itu tinggal hitung jumlah kelas yang ada. Minimal satu kelas satu guru. Karena selama ini kalau SD kebanyakan guru itu mengajar Borongan. Itu jumlah minimal,” ucap Kang dedi Mulyadi.

Kembali ke pertemuan Kang Dedi dengan Ujang. Pada malam tersebut Ujang mendapatkan bantuan modal sebesar Rp 10 juta sebagai bentuk apresiasi perjuangan dan kegigihannya dalam menjadi insan pencerdas generasi bangsa.

Ujang dan istrinya tak menyangka mendapatkan uang besar tersebut hingga membuatnya menangis haru dipelukan Kang Dedi Mulyadi.***

Editor: Yedi Supriadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah