“Bersih-bersihnya setiap libur sekolah. Bangun jam 4 pagi, terus ke sini bersih-bersih dari jam 5.00 WIB sampai jam 7.30 WIB,” kata Ayu.
Usai bekerja membantu sang ayah, Ayu langsung pulang ke rumah untuk beres-beres rumah, mencuci dan menyetrika. Selanjutnya ia membantu sang ibu berjualan aneka gorengan, mi instans dan agar-agar.
Tak hanya terampil dalam bekerja, Ayu juga mampu hidup sederhana dengan menyisihkan sebagian besar uang bekal dari orang tuanya dan uang saku dari Dandim Purwakarta untuk kebutuhan masa depan.
Baca Juga: 2 Warga Tewas, Dedi Mulyadi Ngamuk Bak Menjelma Harimau Putih, Ini Penyebab Kang Dedi Murka
“Uangnya dicelengin di kaleng bekas kue, dibukanya setahun sekali. Uangnya buat beli cincin emas sama baju lebaran,” katanya.
Usai bekerja Dedi lantas menuju rumah Ayu di daerah Tegaljunti. Di rumah tersebut Ayu tinggal bersama kedua orang tua dan adiknya. Sementara sang kakak sudah berkeluarga.
Meski hidup sederhana namun rumah Ayu terlihat rapi dan bersih. Bagian dapur yang biasa digunakan untuk memasak dan berjualan pun terlihat bersih karena selalu dibersihkan.
Kang Dedi pun sempat melihat celengan yang diceritakan Ayu terbuat dari kaleng bekas makanan yang diberi lubang di atasnya, ditambah perekat agar tidak mudah dibuka.
Pada momen ini tangis Dedi pecah saat Ayu menceritakan cita-citanya menabung tahun ini untuk membeli sepatu dan tas. Sebab sepatu dan tas yang kini dipakai belum pernah diganti sejak ayahnya sakit atau pada SMP silam.
“Ini anak bisa sukses karena menghadapi keprihatinan, pada saat anak-anak lain lagi puber dia nyapu bantu orang tua. Ini anak-anak hebat yang bakal sukses di masa depan karena sejak kecil sudah kerja keras,” tutur Dedi.