Motif sakit hati ini bisa saja karena masalah asmara seperti si pelaku ditolak cintanya oleh Amel, atau ada yang melamar Amel namun kemudian ditolak oleh Ibu Tuti, sehingga menimbulkan rasa sakit hati dan dendam.
Bisa juga si pelaku kasus pembunuhan Subang ini sakit hati kepada Tuti dan Amel karena merasa tidak adil dalam pembagian hasil pekerjaan atau usaha lainnya.
Atau sakit hati dalam masalah pembagian kasih sayang yang juga tidak adil mengingat mereka punya orang dekat, baik yang serumah atau di luar rumah.
Anjas juga dalam analisanya menyebut bisa saja kasus pembunuh ibu dan anak di Subang ini terjadi karena kombinasi sakit hati asmara dan kredibilitas.
Mungkin saja ada orang di masa lampau ada kesalahan di masa lampau misal soal uang, dan ibu Tuti serta Amel tahu kalau terungkap akan membawa mereka ke penjara.
"Bila bu Tuti dan Amel bongkar maka kasus masa lalu bisa terbongkar dan masuk penjara, karena itu lah kredibilitas dipertanyakan makanya Tuti dan Amel dihabisi," kata Anjas.
Dugaan motif pelaku sakit hati muncul karena tidak adanya barang barang milik korban yang hilang, seperti uang Rp 30 juta untuk gaji guru dan perhiasan tidak hilang.
Hal itu diperkuat adanya print buku tabungan yang di print out penyidik dan lokasi tempat kejadian perkara merupakan kantor yayasan, sekaligus rumah tinggal Tuti dan Amel.
Lalu saat pembunuhan terjadi tidak ada barang yang hilang padahal uang Rp 30 juta ada di sana, ATM juga tidak hilang.