Kenangan Tahun 1980-an, Intercom Menjadi Sarana Komunikasi Warga Bandung dan Sumedang

- 2 April 2021, 19:38 WIB
Eksternal mic, yang bentuknya sama antara untuk radio komunikasi dan intercom yang marak digunakan tahun 1980-an.
Eksternal mic, yang bentuknya sama antara untuk radio komunikasi dan intercom yang marak digunakan tahun 1980-an. /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR –  Pada zaman dahulu, terutama pada tahun 1980-an atau disebut tahun 80an, sebelum adanya medos, sarana berkomunikasi massal diantara warga lingkungan, adalah melalui jaringan telekomunikasi berupa radio komunikasi dan intercom.

Hangatnya komunikasi warga menggunakan intercom dan radio komunikasi, juga terjadi pada bulan Ramadhan, termasuk di Kota Bandung. Ini terutama untuk ngabuburit, setelah sholat taraweh, maupun menjelang sahur.

Intercom adalah perangkat komunikasi dua arah, yang menggunakan kabel penghubung dengan koneksi bisa banyak. Bahkan, secara tampilan, intercom sepintas bentuknya sangat mirip radio komunikasi baik rig maupun handy talky.

 

Baca Juga: Kenangan Tahun 1980-an, di Bandung, Semarak Hobi Merangkai dan Membuat Barang-barang Elektronik

Penggunaan intercom bukan sebatas di kantoran, namun juga kemudian sempat berkembang digunakan oleh warga pada lingkungan masyarakat kebanyakan pada tahun 1980-an.

Karena maraknya komunikasi melalui intercom, saat itu berpengaruh kepada tingkat keamanan. Gangguan upaya pencurian di rumah warga menjadi cepat diketahui, karena banyak warga yang “melek”.

Biasanya pula, diantara masyarakat pengguna menggunakan nama-nama "samaran" khas di udara. Seringkali, ada nama samaran yang ngetop di jalur komunikasi, namun tak disangka ternyata orangnya ada di sekitar kita.

Biasanya, radio komunikasi saat itu cenderung digunakan kalangan yang memiliki uang yang cukup. Sebab, radio komunikasi seperti rig dan handy talky harganya tergolong mahal.

Baca Juga: Kota Bandung Pernah Dijuluki “Ibukota Musim Panas”, SEJARAH JAWA BARAT

Lain halnya kalangan masyarakat kebanyakan pada lingkungan, biasanya menggunakan jaringan intercom yang dibuat sendiri. 

Namun karena menggunakan cangkang yang mirip, dan dijual oleh sejumlah kios yang menjual perangkat elektronika, sepintas tampilannya menjadi mirip diantara intercom dengan radio komunikasi.

Ada pun harga kit perangkat intercom harganya sekitar Rp 11.000 s/d 30.000. Namun setelah jadi siap digunakan, termasuk menggunakan cangkang, mic, kabel-kabel, harganya menjadi sekitar Rp 30.000 s/d 60.000-an (sedangkat perangkat radio komunikasi, termurah saat itu harga bekas adalah Rp 200.000 untuk handy talky).

Baca Juga: Penduduk Pulau Jawa Pernah Sering Dilanda Kelaparan, SEJARAH JAWA BARAT

Murah meriah

Maka jadilah, antara sekitar tahun 1984-1989, banyak lingkungan warga di Kota Bandung, terutama di permukiman gang atau perkampungan, banyak “paburanteng” kabel kecil penyambung intercom yang saling menyambung ke rumah-rumah.

Karena peminatnya semakin banyak dan berkembang tak hanya lingkup RT/RW, tak terasa, penyambungan kabel-kabel intercom itu menjadi memanjang menjadi antar RW bahkan sekelurahan.

Maka, suasana lingkungan pun menjadi lebih hangat karena telekomunikasi aktif terjadi melalui intercom. Apalagi, intercom merupakan perangkat komunikasi dua arah yang “murah meriah”.

Baca Juga: SEJARAH JAWA BARAT, Wabah Penyakit Gawat Menjelang Ramadhan Tahun 1934, Vaksinasi tidak Dilakukan Saat Puasa.

Ada pun pembuatan intercom, berupa kit rangkaian yang dibeli pada sejumlah penjual rangkaian elektronik, di Kota Bandung, terutama di Pasar Cikapundung dan Jaya Plasa Kosambi.

Namun sebenarnya, rangkaian kit intercom, secara nyata sistemnya sama dengan rangkaian dasar membuat amplifier atau penguat suara.

Namun tak jarang pula, ada yang kemudian berlaku jahil, dengan sengaja mengalirkan listrik kepada kabel-kabel jaringan intercom. Dampaknya, beberapa perangkat intercom warga menjadi meledak, walau kerusakannya kecil.

Penggunaan intercom untuk komunikasi oleh para warga kebanyakan, mulai lenyap awal tahun 1990. Sampai sepuluh tahun berikutnya belum ada penggantinya, sampai kemudian muncul medsos. (Kodar Solihat/DeskJabar) ***

 

 

 

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x