BMKG Pastikan Penyebab Gempa Sumedang Adalah Sesar Sumedang Bukan Sesar Cipeles, Ini Penjelasannya

8 Januari 2024, 14:13 WIB
Peta sebaran Gempa Sumedang yang berbeda dengan kelurusan Sesar Cipeles. /dok.BMKG/

 

DESKJABAR - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memastikan bahwa penyebab terjadinya rangkaian gempa Sumedang di pengujung tahun 2023 bukanlah karena adanya aktivitas Sesar Cipeles, melainkan oleh aktivitas Sesar Sumedang.

Hal itu dikemukakan Dwikora Karnawati dalam jumpa pers via zoom tentang Perkembangan Analisis Sesar Pemicu  Gempabumi  M 4.8 Sumedang Jabar dan Hasil Survey Lapangan Tim BMKG, Senin, 8 Januari 2024.

Baca Juga: BMKG Identifikasi Sesar Baru sebagai Penyebab Gempa Sumedang, Sudah Dilaporkan kepada Pj Gubernur Jabar

Pernyataan Kepala BMKG tersebut sekaligus menjawab atas munculnya pemberitaan sebelumnya bahwa gempa Sumedang yang terjadi pada Minggu, 31 Desember 2023 berkekuatan magnitudo 4,8 diakibatkan aktivitas Sesar Cipeles.

Dwikora mengemukakan bahwa Tim BMKG berhasil mengidentifikasi adanya sesar aktif baru yang kemudian menamakannya Sesar Sumedang karena sesar atau patahan ini melintasi Kota Sumedang.

Penemuan Sesar Sumedang mengingatkan kembali kepada pernyataan Dosen Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Dr. Ir. Ismawan, M.T. Mengutip dari unpad.ac.id pada 2 Januari 2024, Ismawan mengatakan bahwa Jawa Barat  setidaknya memiliki sejumlah sesar aktif dan sesar kecil yang sudah dipetakan.

“Di luar itu, ada banyak potensi sesar yang belum terpetakan tetapi memiliki dampak signifikan. Contohnya seperti peristiwa gempa bumi di Cugenang, Cianjur, 2022 silam diakibatkan aktivitas sesar yang belum terpetakan,” ujarnya.

Penyebab Gempa Sumedang

Sebelumnya melalui siaran pers yang dikirim ke media, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan bahwa gempa Sumedang bukan disebabkan oleh adanya aktivitas Sesar Cileunyi-Tanjungsari.

Melainkan olah adanya aktivitas sesar aktif yakni Sesar Cipeles. Tim Tanggap Darurat Badan Geologi menemukan segmen patahan/sesar baru yaitu Patahan Cipeles dengan lokasi tipe di Sungai Cipeles, arah segmen patahan ini Barat Daya - Timur Laut relatif ke arah Utara (NNE - SSW) diduga menjadi penyebab gempa bumi yang berpusat di daerah Babakanhurip, Sumedang Utara.

Penyelidik Bumi Ahli Muda Pusat Survei Geologi (PSG) Badan Geologi Kementerian Energi ran Sumber Daya Mineral (ESDM) Sukahar Eka Adi Saputra mengemukakan, beberapa jam setelah kejadian gempa di Sumedang, Tim Tanggap Darurat Badan Geologi langsung menuju ke lokasi bencana untuk mengambil data kerusakan dan fenomena geologi.

Baca Juga: Polrestabes Semarang Gagalkan Pengiriman Ratusan Anjing dari Subang Jawa Barat, Diduga Akan Dijual dan Dijagal

“Kami melakukan peninjauan dampak kerusakan kemudian mencari bukti-bukti kerusakan seperti retakan-retakan tanah. Kemudian yang esensial bagaimana gempa itu terjadi dan apa penyebabnya," kata Sukahar Eka Adi Saputra.

Menurutnya, berdasarkan temuan yang diperolehnya, rentetan gempa berlangsung selama tiga kali, yaitu pertama sekitar jam 14:00 WIB, kedua pada pukul 16:00 WIB dan yang paling besar itu pukul 20:00 WIB.

"Berdasarkan analisa kami, patahan Cipeles-patahan yang lokasinya di sungai Cipeles-kami duga sebagai penyebab gempa bumi di Sumedang yang episenternya di Kampung Babakan Hurip," paparnya.

Kendati begitu, temuan Tim Badan Geologi tersebut masih terus diperbaharui karena Tim masih berada di lapangan untuk melakukan penelitian lebih lanjut keberadaan lurusan dari patahan Cipeles itu.

Pernyataan Eka diamini Joko wahyudiono yang juga menjadi bagian dari Tim Tanggap Darurat Badan Geologi yang diturunkan ke lokasi bencana. Menurut Joko, Patahan Cipeles yang baru saja ditemukan di lapangan ini benar-benar sesar aktif yang muncul di permukaan tanah memotong rumah.

Sementara itu, Ismawan meyakini bahwa gempa Sumedang peristiwa bukan karena aktivitas sesar Cileunyi-Tanjungsari.  Hal ini disebabkan tiga lokasi episentrum gempa bumi di Sumedang berada jauh dari ujung timur laut sesar Cileunyi-Tanjungsari.

Menurutnya, jika melihat dari focal mechanism gempa bumi yang terjadi, diperkirakan arah sesar yang terlihat relatif dari barat ke timur.

“Sehingga kalau dibandingkan dengan sesar Cileunyi-Tanjungsari, itu arahnya berbeda,” jelasnya.

Dengan demikian, menurutnya, kemungkinan penyebab gempa bumi yang terjadi di Sumedang adalah akibat aktivitas sesar yang belum diketahui. Selain itu, melihat lokasi episentrum gempa bumi yang berada di wilayah pusat kota Sumedang, Ismawan mengatakan bahwa lokasi ini sebelumnya belum pernah terjadi gempa bumi.

Baca Juga: Pembebasan Lahan Tol Getaci 2024 Terkini, Inilah Kecamatan yang Hampir Rampung dan yang Jauh dari Harapan

“Ini harus dilakukan penelitian lebih jauh. Pemda dan ahli geologi harus menjelaskan ini sesar apa. Kalau sesar baru dia arahnya dari mana sampai di mana,” imbuhnya.

Penemuan Sesar Sumedang

Sementara itu dalam acara jumpa pers via zoom, Dwikora memperlihatkan bahwa Sesar Cipeles sudah tercantum dalam peta data penelitian oleh tim dari Unpad beberapa tahun lalu.

Kepala pusat gempa dan tsunami BMKG, Daryono mengatakan, BMKG awalnya memang kesulitan untuk memastikan penyebab gempa di Sumedang. Sehingga identifikasi harus dipakai dengan sejumlah parameter dengan waktu cukup panjang.

Setelah dilakukan pembacaan secara berulang dan hasilnya konsisten, barulah BMKG bisa memestikan dari mana asal patahan yang membuat gempa di Sumedang terjadi.

Pada kesempatan itu, Dwikora memaparkan kronologi penemuan Sesar Sumedang. Menurutnya, gempa Sumedang  merupakan gempa bumi kerak dangkal karena ada aktifitas sesar aktif denga mekanisme sumber gempa merupakan kombinasi antara pergerakan mendatar dan naik, dan berarah cenderung utara ke selatan.

Dwikora menambahkan, dengan memperhatikan sebaran gempa susulan, tatanan tektonik dan analisis mekanisme sumbernya, maka gempa Sumedang di pengujung tahun 2023 itu disebabkan oleh sesar aktif yang melewati Kota Sumedang.

Baca Juga: Petani Teh Jawa Barat Tegar Berusaha, Walau Belum Dapat Pupuk Bersubsidi di Tahun 2024

“Sesar aktif yang melewati Kota Sumedang ini semula belum terpetakan, untuk selanjutnya sesuai analisis data seimisitas BMKG, sesar aktif itu kemudian diberi nama Sesar Sumedang,” tuturnya.

Dwikora juga mengemukakan bahwa penemuan sesar aktif itu kemudian sudah dilaporkan kepada Pj Gubernur Jabar, Bey Triadi Machmudin pada 4 Januari 2024. Sebelumnya juga sudah disampaikan kepada Pj Bupati Sumedang, Herman Suryatman.

Sedangkan Observer Geofisika pada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kantor Bandung, Pepen Supendi mengatakan,dengan memperhatikan sebaran gempa bumi, tatanan tektonik dan analisis mekanisme sumbernya, geraknnya cenderung dari utara ke barat daya.

Hal ini tentu berbeda dengan kelurusan Sesar Cipeles yang mengarah timur ke barat.

Sehingga BMKG akhir menyimpulkan bahwa penyebab gempa Sumedang diakibatkan oleh aktifitas sesar aktif yang melewati Kota Sumedang. BMKG kemudian menamakan sesar ini sebagai Sesar Sumedang. ***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: BMKG ESDM Unpad.ac.id

Tags

Terkini

Terpopuler