Komunitas Disabilitas dan Lansia (Dilans) Selenggarakan Tour De Cihapit Tempo Dulu

11 Oktober 2022, 21:41 WIB
Beberapa Peserta Tour De Cihapit saat melakukan perjalanan menyelusuri kawasan Cihapit dan sekitarnya pada Minggu 9 Oktober 2022 /Dok Riyanto M/

DESKJABAR - Komunitas Disabilitas dan Lansia (Dilans) dipandu Komunitas Bandoeng Waktoe Itu (BWI), memimpin tour ke kawasan Cihapit Tempo Dulu, Minggu 9 Oktober 2022.

Kegiatan ini untuk mengetahui secara rinci tentang sejarah kawasan Cihapit tempo dulu.

Selain itu Komunitas Dilans ingin mendengar pencerahan tentang kawasan yang dimasa penjajahan Jepang (1942-1945) dijadikan kawasan tahanan 14.000 perempuan dan anak.

Komunitas Dilans juga memanfaatkan waktunya sekalian melakukan audit aksesibilitas trotoar dan jalan di sekitar Jl. Aceh bawah, Taman Pramuka, Jalan RE Martadinata, dan kembali ke jalan Cihapit.

Baca Juga: Dugaan Monopoli Proyek di Dinas PUPR Kota Tasikmalaya Mengemuka, Pegiat Anti Korupsi Siap Membongkarnya

Kawasan ini belum banyak dituliskan di beberapa buku walaupun jejak masa lalunya nampak dari bangunan dan taman. Beberapa artefak masih terpelihara dengan baik.

Di daerah Cihapit dan sekitarnya sekarang tumbuh kawasan kuliner baik kelas kaki lima (street food) maupun Restaurant dan Cafe dengan segala jenis makanan, gedung pertemuan, hotel/ penginapan rumahan yang masih dipelihara keasliannya.

Pada tahun 70-an di sekitar ini ada sekelompok anak muda “kolong” (anak-anak keluarga tentara Siliwangi) namanya “Patorados” singkatan nama Jalan: Patrakomala, Tongkeng, Gandapura dan Manado. Jalan-jalan yang mengelilingi kawasan ini.

Selesai tour rombongan meluangkan waktu ngobrol santai dengan Kang Ojel Sansan Yusandi, dan aktivis BWI.

Komunitas Dilans ingin mendorong siapapun untuk menuliskan sejarah otentik Bandung yang mungkin tidak terungkap di banyak buku sejarah yang dibaca dan koleksi selama ini.

Baca Juga: Selaawi Garut Raih Peringkat 1 Penilaian Sinergitas Kinerja Kecamatan Tingkat Jawa Barat Tahun 2022, Selamat!

Di cafe-cafe, baik yang ada di kawasan elit maupun di lorong-lorong di tengah dan pinggiran kota sering di jumpai banyak komunitas, tidak hanya anak-anak milenial tapi juga lintas generasi.

Keberadaan Cafe diharapkan bukan lagi sekedar tempat melepas lelah atau co-working space untuk membuat proposal, tetapi memperbincangkan berbagai gagasan progresif memperbaiki keadaan sekeliling.

Barangkali ini yang membuat Presiden Dilans, Farhan jatuh cinta lagi dengan kota ini. Upaya-upaya untuk menyeragamkan pemikiran atau apapun, entah berbasis agama, ras, ataupun identitas lainnya dalam hematnya pasti akan mentok.

Tradisi keragaman pemikiran sudah berakar lama. Kalaupun tidak terpantau di permukaan, energinya terlihat di akar rumput.

Diakui atau tidak, jejak sejarah kota ini penuh dinamika keberagaman yang terlihat dari banyak tokoh pergerakan kemerdekaan di masa lalu yang mempunyai cara pandang pemikiran yang beragam

Farhan dan rombongan sore hari menyempatkan untuk menelusuri kawasan sekitar Jl. Merdeka dan Jl. Aceh.

”Alhamdulillah, trotoar yang berubah fungsi menjadi kawasan parkir, sekarang terlihat berfungsi kembali seperti seharusnya. Mudah-mudahan untuk seterusnya,” ujar Farhan.

Baca Juga: Tol Getaci Segmen Gedebage-Garut-Tasikmalaya Molor ke 2029, Wagub Jabar: Pemerintah Pusat Kurang Serius

Farhan yang sangat menaruh perhatian agar aksesibilitas di galeri legendaris ini inklusif, Karena Presiden Dilans Indonesia ingin mengajak kawan-kawan, warga penyandang disabilitas untuk menikmati berbagai aktivitas kesenian dan kebudayaan dan juga berbagai karya hebat para seniman Indonesia, khususnya Jawa Barat.

Mustahil bisa diajak, karena akan merepotkan banyak orang seperti yang ia alami, digotong kala memasuki gedungnya.

Kehadiran Ridwan Kamil Gubernur Jabar di GPK Naripan menambah nutrisi baru, karena segera bangun akses jalan khusus disabilitas akan lebih mudah dan nyaman berada di gedung pusat kebudayaan itu.

Kalau terwujud lengkaplah sudah aksesibilitas bagi penyandang disabilitas dan lansia. Sebelumnya trotoar, "guiding block" dan "ramp"nya di perbaiki oleh Didi Ruswandi dan jajarannya di Dinas Sumberdaya Air dan Bina Marga, Pemkot Bandung. ***

Editor: Zair Mahesa

Tags

Terkini

Terpopuler