SEJARAH JAWA BARAT, Ciroyom Bandung, Kenangan Jalur Kereta Api Zaman Dahulu

17 April 2021, 18:39 WIB
Suasana kawasan kereta api Ciroyom Bandung tahun 1923 /dok Nationaal Museum van Wereldculturen Belanda/

DESKJABAR - Suasana hiruk aktivitas jalur kereta api yang melintasi pasar yang sehari-harinya memunculkan ‘wangi semerbak’ di dekat perlintasan, itulah suasana kawasan Ciroyom, Bandung.

Sampai kini, jalur kereta api Ciroyom masih menjadi tujuan ketibaan maupun keberangkatan para pengguna kereta api ekonomi lokal Bandung Raya. 

Tujuannya ada yang ke arah timur maupun ke arah barat, terutama yang mencari nafkah berdagang maupun membeli belanjaan dari Pasar Ciroyom dan sekitarnya.

Pada zaman dahulu pada masa jayanya, kawasan jalur kereta api Stasiun Ciroyom lebih dikenal sebagai kawasan Gudang Bandung Ciroyom. 

Baca Juga: Zaman Dahulu, Pernah Banyak Orang Makan Sepatu, SEJARAH JAWA BARAT

Suasana keseharian di kawasan jalur kereta api Ciroyom, jika dibandingkan dengan dokumen sejarah puluhan tahun lalu, jauh berbeda.

Kawasan Ciroyom mengalami perjalanan situasi, sejak masih menjadi andalan pada zaman kolonial Belanda dengan dibangun tahun 1923.  

Namun ada kesan sejumlah warga senior, wilayah jalur kereta api Ciroyom kini relatif lebih baik dan tertata, jika dibandingkan tahun 1970-an sampai 1980-an lalu.

Informasi dari Tropenmuseum Belanda, kawasan kereta api Ciroyom dikembangkan sebagai kawasan pengiriman logistik bagi warga Bandung pada tahun 1923 di samping jalur lama yang sudah ada. Banyak gudang di sekitar jalur Ciroyom, yang umumnya terkoneksi rel kereta api.

Baca Juga: Agresi Militer I Belanda Dilakukan Saat Bulan Ramadhan, Muslim Indonesia Melawan Sengit, SEJARAH JAWA BARAT

Pada zaman dahulu, di kawasan kereta api  Bandung Gudang Ciroyom juga terdapat gudang kopi yang tersambung rel menjorok ke arah selatan, tempat pemotongan kayu, ada pula pabrik teh Bandoengsche Thee Fabriek milik Tan Djin Gie dan Tan Kok Swie, gudang penyimpanan beton, serta dua jalur rel ke arah utara tersambung ke pabrik karet NV Fateru (kini Inkaba PT Agronesia).

Informasi dari PT Kereta Api Indonesia (persero), pengelolaan kereta api di Indonesia, khususnya di Jawa Barat, sejak kedatangan kembali Belanda melalui NICA akhir tahun 1945 terbagi dua. Yang berpusat di Bandung, kembali dikuasai Belanda, bernama Staatsspoorwegen.

Beberapa watu lalu, DeskJabar sempat mengobrol dengan salah seorang pensiunan kereta api asal Padalarang, Aki Rahmat, saat itu usianya 84 tahun.

Aki Rahmat menyebutkan, semasa zaman Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949, dirinya sudah bekerja di Staatspoorwegen (SS) Bandung sekitar tahun 1946 saat umurnya 15 tahun.

Baca Juga: Indonesia Sudah Lama Ketergantungan Impor Pangan, Ini Penyebab dan Awalnya. SEJARAH JAWA BARAT

Ia mengenang, pada sampai tahun 1949, kawasan kereta api Bandung, termasuk di Ciroyom, aktivitas kereta api umumnya terhenti karena perang.

Disebutkan, kawasan kereta api Gudang Bandung Ciroyom juga diduduki pasukan Belanda, tetapi tak terjadi pertempuran dengan pihak Indonesia. Hubungan para tentara Belanda terasa baik-baik saja dengan warga sipil pribumi, karena hanya berkonflik dengan tentara Indonesia.

Seingat dia, pada masa-masa itu pergerakan kereta api di Bandung baik berasal dari Stasiun Bandung maupun Gudang Ciroyom ke timur hanya sampai Kiaracondong dan ke barat hanya sampai Cimindi.

“Selewat itu, kalau ada rangkaian kereta api SS mencoba bergerak, langsung ditembaki oleh tentara Indonesia, karena disangka berisi tentara Belanda,” kenang Aki Rahmat, sambil menunjukkan kartu pensiunan pegawai kereta api, dengan tahun kelahiran 1931.

Baca Juga: Penduduk Pulau Jawa Pernah Sering Dilanda Kelaparan, SEJARAH JAWA BARAT

Jalur kereta api Ciroyom Bandung tahun 2021, Kodar Solihat/DeskJabar

Tahun 1980-an

Perjalanan kisah stasiun kereta api Bandung Gudang Ciroyom pun berlanjut pada tahun 1970-an, yang menurut Sekjen Paguyuban Pensiunan Kereta Api, Endang Suherman, mulai banyak dibangun permukiman liar dan kumuh.

Saat itu, kawasan kereta api Gudang Ciroyom masih menjadi pusat kedatangan dan pengiriman barang serta bahan bakar minyak melalui kereta api.

Saat itu, kenangnya, Stasiun Ciroyom yang lama masih ada di dekat pintu perlintasan sebelah utara. Namun tahun 1980-an dibongkar karena rangkaian kereta api yang berhenti sering menghalangi lalu lintas, lalu dibangun stasiun baru di seberangnya yang digunakan sampai sekarang.

Kawasan Ciroyom dulu, menurut warga Jalan Arjuna Kawasan Ciroyom, Parman (57), dikenal sebagai kawasan kumuh, karena menjadi sarang perjudian, pelacuran, penjahat, dan premanisme. Namun jumlah pemukimnya tak sebanyak sekarang.

Baca Juga: SEJARAH JAWA BARAT, Bandung ke Ciletuh Sukabumi Nyaris Tersambung Jalur Kereta Api

Disebutkan, saat itu banyak gerbong kereta api barang yang diparkir di jalur Ciroyom, digunakan sejumlah wanita tuna susila melayani peminatnya, dengan hanya bermodalkan tikar atau alas dari karung.

Di Ciroyom juga banyak bandar judi, mulai jenis sintir, kupluk, bolakapas sampai dadu. “Orang tewas karena perjudian atau berebut wanita tuna susila, saat itu sudah biasa,” kenangnya.

Ia juga mengingat, sekitar menjelang tahun 1980, ada warga Ciroyom, Mang Empo yang tewas terjebak dalam tangki kereta api angkutan bahan bakar minyak, saat mengambil sisa-sisa minyak.

Tak lama setelah itu, satu per satu para penjahat dan preman Ciroyom dilenyapkan oleh petugas berwajib melalui zaman penembakan misterius atau dikenal pula “zaman penjahat dikarungan”. (Kodar Solihat/DeskJabar) ***

 

 

 

 

Editor: Kodar Solihat

Tags

Terkini

Terpopuler