POLUSI Udara 4 Kota di Jabar Ini Lebih parah dari Jakarta, Awas Ancaman Kematian Akibat Resistensi Antibiotik

24 Agustus 2023, 12:34 WIB
ilustrasi polusi udara. Polusi udara di 4 kota di Jabar ini lebih parah dibanding Jakarta. Studi baru memperlihatkan ada hubungan antara polusi udara dengan kematian dini akibat antibiotik. /airoasis.com/

DESKJABAR – Polusi udara yang parah yang terjadi di Kota Jakarta menjadi perbinangan hangat akhir-akhir ini. Namun sebenarnya kalau dilihat secara realtime, Jawa Barat sebagai provinsi dengan banyak daerah paling berpolusi. Jika dibiarkan, akan ada ancaman munculnya kasus kematian.

Bahkan studi baru di luar negeri, polusi udara yang terjadi secara global saat ini telah memicu kekhawatiran munculnya kasus jutaan kematian sebagai dampak penurunan daya tahan antibiotik. Studi baru tersebut mengatakan bahwa polusi udara dan penurunan daya antibiotik memiliki keterkaitan.

Baca Juga: KASUS Subang 2021, Penyidik dan Kepala Desa Sujud Syukur Kasus Segera Terungkap, Tapi Batal Gara-Gara INI

Jika dilihat dari polusi udara secara realtime yang terjadi di sejumlah kota-kota di Indonesia, ada sejumlah daerah di Jawa Barat yang kualitas udaranya jauh lebih parah dibandingkan dengan Kota Jakarta.

Hal itu berdasarkan situs pengawas kualitas udara di sejumlah kota di Indonesia yakni aqiair.com. Berdasarkan data terbaru secara realtime pada Kamis 24 Agustus 2023 pukul 11.30 WIB. Dari 10 kota di Indonesia yang masuk dalam 10 besar kota dengan kualitas udara paling parah.

Dari 10 kota dengan kualitas udara terburuk ada 4 kota di Jawa Barat yang kualitas udaranya jauh lebih parah dibanding dengan kualitas udara di Kota Jakarta.

Padahal, dengan kualitas udara yang terjadi saat ini di Kota Jakarta, pemerintah telah melakukan berbagai langkah untuk memperbaiki kualitas udara seperti penerapan 4 in 1 bagi kendaraan pribadi serta menerapkan kebijakan work from home (WFH).

Lalu bagaimana respon dengan kota-kota di Jawa Barat?

Sebab kalau kondisi ini terus dibiarkan, maka warga di ke-4 kota di Jawa Barat itu juga akan menjadi pihak yang menghadapi ancaman munculnya kasus kematian akibat penurunan efektifitas antibiotic sebagai dampak polusi udara yang kian parah.

4 Kota di Jabar dengan Kualitas Udara Terparah

Mengutip dari situs aqiair.com, berdasarkan hasil pantauan kualitas udara terbaru tertanggal 24 Agustus 2023 pukul 12.00 WIB, tercatat ada 10 kota dengan kualitas udara terparah. Hal yang menarik, Kota Jakarta yang jadi pembicaraan hangat di akhir-akhir ini, justru berada pada posisi ke-10.

Baca Juga: UPDATE Tol Getaci, Pembebasan Lahan di 10 Desa Sudah Rampung, Desa di Leuwigoong Garut INI Siap-Siap Auto Kaya

Justru kualitas udara terparah atau jauh lebih parah dibandingkan dengan kualitas udara di Kota Jakarta, didominasi kota-kota di Kabupaten Bandung, terutama di Tangerang, serta di wilayah Jawa Barat.

Kota-kota di Jawa Barat yang memiliku kualitas udara lebih parah dibanding Kota Jakarta adalah Kota Depok di posisi ke-4 dengan angka indek 167, kemudian Cibinong, Kabupaten Bogor di posisi 6 dengan angka 165, Cileungsi, Kabupaten Bogor di posisi 7 dengan angka 164, serta Karawang di posisi 8 dengan angka 164.

Sementara sejumlah kota di Tangerang Banten, mendominasi di posisi teratas dengan kualitas udara terparah yakni Pasar Kemis, Tangerang posisi 1 dengan angka 175, disusul Serpong di posisi 2 dengan angka 173, dan Tangerang Selatan di posisi 3 dengan angka 168.

Dari daftar kota-kota dengan kualitas udara terparah tersebut, daerah-daerah tersebut berada di sekitar Kota Jakarta atau wilayah Jabodetabek, yang dikenal sebagai wilayah perindustrian, serta wilayah Karawang yang juga wilahah industry di Jawa Barat.

Kualitas udara kota Jakarta sendiri beada di posisi ke-10 terparah dengan angka 161.

Studi Terbaru Dampak Polusi Udara

Sementara itu mengutip dari laman washingtonpsot.com melaporkan, para peneliti dari Universitas Zhejiang dan Universitas Cambridge telah menemukan korelasi signifikan di seluruh dunia antara polutan udara yang dikenal sebagai PM 2.5,partikel kecil padatan atau cairan di udara seperti debu, kotoran dan jelaga, engan resistensi antibiotic.

Laporan hasil studi terbaru ini termuat dalam makalah yang diterbitkan bulan ini di jurnal Lancet Planetary Health.

Baca Juga: TPA Sarimukti Terbakar, Ratusan Truk Sampah Ditarik Kembali ke Bandung, Inilah 12 Langkah DLH Kota Bandung

Dilaporkan bahwa memburuknya polusi udara dan meningkatnya resistensi terhadap antibiotik adalah dua masalah kesehatan masyarakat yang paling mendesak di dunia. Karena hal ini berkontribusi terhadap jutaan kematian dini setiap tahunnya.

Dalam penelitian baru menunjukkan bahwa kedua hal tersebut mungkin saling berkaitan. Kaitan ini ditunjukkan dalam data dari 116 negara selama 18 tahun yang memperlihatkan peningkatan dengan laju yang semakin cepat.

Menurut peneliti, hal ini dapat mempercepat dimulainya apa yang disebut era pasca-antibiotik, di mana bakteri super, atau penyakit yang resistan terhadap obat seperti seperti Staphylococcus aureus (MRSA) yang resisten terhadap metisilin , dapat menjadi lazim.

Selama bertahun-tahun , para ilmuwan telah memberikan peringatan mengenai dampak mematikan dari resistensi antibiotik, yang terkadang disebut pandemi diam-diam  dan telah lama dikaitkan dengan penggunaan antibiotik yang berlebihan dan salah.

Namun temuan studi baru yang ditinjau oleh rekan sejawat menunjukkan bahwa polusi juga bisa menjadi faktor penting. Para penulis memperkirakan bahwa resistensi antibiotik yang berasal dari polusi udara menyebabkan sekitar 480.000 kematian dini pada tahun 2018, dan jika tidak ada tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki situasi ini di masa depan, jumlah kematian tersebut dapat meningkat sebesar 56,4 persen pada tahun 2050.

Temuan ini menunjukkan perpotongan dua tren yang mengkhawatirkan. Dari tahun 2016 hingga 2019, kematian yang disebabkan oleh resistensi antibiotik meningkat lebih dari 80 persen, tulis para peneliti dalam makalah tersebut.

Sementara itu, polusi udara kemungkinan akan semakin buruk di seluruh dunia akibat perubahan iklim . Sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan Maret menemukan bahwa hampir setiap orang di planet ini terpapar pada tingkat polusi udara yang dianggap tidak sehat oleh Organisasi Kesehatan Dunia. ***

Ingin mengetahui berita lingkungan lainnya, pantau di Google News Desk Jabar. KLIK DI SINI

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler