BRIN Lepas Nyamuk Mandul di Bandung Demi Kendalikan Vektor Demam Berdarah Dengue, Pakai Basis Radiasi

14 November 2022, 17:10 WIB
BRIN dan delegasi TC Project Coordination Meeting RAS5095 lepas nyamuk jantan mandul di Sekejati Kota Bandung. /brin.go.id/

DESKJABAR - Angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Bandung termasuk tinggi. Bahkan data Kementerian Kesehatan menyebutkan hingga September 2022, Kota Bandung masuk sebagai satu dari tiga kota di Indonesia dengan kasus DBD tertinggi, mencapai 4.196 kasus. 

Oleh karena itu, pengendalian populasi nyamuk Aedes aegepti sebagai vektor penyakit Demam Berdarah Dengue menjadi mutlak.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta para delegasi TC Project Coordination Meeting RAS5095 blusukan di gang-gang sempit di RW 04 Kelurahan Sekejati Kota Bandung melepas nyamuk jantan mandul, Rabu 10 November 2022.

Melalui program “Enhancing The Capacity and The Utilization of The Sterile Insect Technique for Aedes Mosquito Control,” rombongan menyusuri gang-gang sempit di pemukiman RW 04 Kelurahan Sekejati Kota Bandung. Sekejati termasuk tertinggi DBD di Kota Bandung tahun 2021. Delegasi meninjau Studi Percontohan Pelepasan Nyamuk Jantan Mandul Berbasis Radiasi di Indonesia.

Baca Juga: 10 Hewan Berbahaya di Dunia, Nyamuk Berukuran Kecil Namuni Mematikan

Studi percontohan ini merupakan hasil penelitian Teknik Serangga Mandul (TSM) dari Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi (PRTPR) BRIN. TSM merupakan teknik untuk memandulkan nyamuk jantan dengan menggunakan radiasi sinar gamma.

Mengutip laman brin.go.id, tujuan Teknik Serangga Mandul tersebut demi menurunkan jumlah populasi nyamuk dengan menyebarkan nyamuk jantan pada habitatnya. Karena nyamuk jantan mandul maka kendati terjadi perkawinan antara nyamuk jantan dengan nyamuk betina, tidak akan terjadi pembuahan. Dengan demikian, jumlah populasi nyamuk akan menurun secara bertahap.

Hadian Iman Sasmita, salah satu peneliti dari PRTPR BRIN yang menjadi leader dalam kegiatan lapangan ini mengungkapkan, projek pengendalian nyamuk ini merupakan kolaborasi antara BRIN, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB, dan National Chung Hsing University (NCHU) Taiwan, serta tentu saja masyarakat setempat di Kelurahan Sekejati Kota Bandung.

Baca Juga: 5 Tanaman Pengusir ULAR Di Rumah, No 2,3 dan 4 Selain Wangi, Bisa Mengusir Nyamuk

Sistem pengendalian nyamuk Aedes ini mencakup 3 pendekatan yakni ovitrap surveillance, socio-economic survey, dan serological study.

Sejak September 2018, dipasang perangkap telur nyamuk (ovitrap) di sejumlah rumah penduduk dan area publik di kelurahan Sekejati Kota Bandung. Tujuannya, untuk mengetahui distribusi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang merupakan vektor dari penyakit DBD. Caranya, melalui pengecekan keberadaan telur nyamuk dalam ovitrap. Data ini bisa berguna sebagai acuan untuk menentukan tingkat serangan penyakit DBD.

Nyamuk paling mematikan

Profesor Intan Ahmad Musmeinan, Guru Besar Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB, yang juga salah satu leader pengendalian nyamuk Aedes ini mengemukakan, DBD merupakan salah satu masalah kesehatan terutama di negara tropis.

Baca Juga: Ketahui Formasi Pendaftaran CPNS Bagi Lulusan SMA Sederajat, Penerimaan Kedinasan PPPK

“Nyamuk adalah hewan paling mematikan di dunia,” ungkap Intan di depan para delegasi.

Kendati angka kematian tidak berada pada tingkat sangat tinggi, kata Intan, tetapi tetap membahayakan.

Hingga kini pemerintah telah berupaya mengendalikan berkembangnya nyamuk, seperti fogging, namun hal itu tak mencegah bertambahnya populasi nyamuk secara signifikan. Oleh karena itu, tambahnya, diperlukan pendekatan baru.

Menurut Intan, butuh arah riset dengan mengubah filosofi dan tujuan pengendalian DBD.

Disebutkannya, butuh cara mengurangi ketergantungan pada insektisida, namun yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Teknik Serangga Mandul menjadi salah satu pilihan, karena bisa menekan jumlah populasi nyamuk.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: brin.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler