Wisata Religi dan Ziarah di Banten, Kunjungi Masjid Agung Nan Sarat Sejarah, Ada Payung Mirip di Nabawi

23 Juli 2022, 15:31 WIB
Masjid Agung Banten, menara masjid dan payung seperti di Masjid Nabawi Madinah. /Kolase Dok. Ella Yuniaperdani/Desk Jabar/

DESKJABAR - Sedang jalan-jalan di Banten? Cobalah mengunjungi Masjid Agung Banten yang bernilai sejarah.

Sambil mengenalkan sekilas sejarah kerajaan Islam kepada anak-anak, pun bisa foto-foto sekitar masjid Agung Banten, menjadikan wisata religi Anda lebih lengkap.

Jangan lupa ajak anak-anak bermain di taman yang tak jauh dari Masjid Agung Banten. Taman yang luas itu dihiasi dengan payung - payung seperti di Masjid Nabawi Madinah.

Baca Juga: Presiden Ajak Anak-anak Bermain Sulap di Puncak Peringatan HAN 2022, Jokowi : Simsalabim!

Beberapa spot foto yang ada di situ juga oke. Asal pandai-pandai mengambil sudut fotonya, pasti akan menghasilkan pemandangan yang indah.

Jika mau agak lama beristirahat di lokasi itu pun bisa karena ada lorong masjid yang teduh.

Di area sekitar masjid terdapat tempat wisara ziarah, karena di situ ada beberapa makam para leluhur.

Baca Juga: Siang Ini, Dua Kali Larantuka NTT Diguncang Gempa Magnitudo di Atas 5,0, Ini Penjelasan BMKG

Di dalam serambi kiri, sebelah utara masjid, terdapat makam-makam dari beberapa sultan Banten dan keluarganya, di antaranya makam Maulana Hasanuddin dan isterinya, Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Abu Nashr Abdul Qahhar.

Tak hanya itu di dalam serambi kanan, atau di selatan Masjid Agung Banten, ada pula makam-makam Sultan Maulana Muhammad, Sultan Zainul ‘Abidin.

Kerajaan Islam

Masjid Agung Banten sangat bersejarah, karena ia adalah kerajaan Islam terbesar di masanya.

Dari sisi arsitektur Masjid Agung Banten merupakan perpaduan budaya Hindu, Jawa, Cina, dan Eropa.

Baca Juga: Penahanan Doni Salmanan Diperpanjang 20 Hari, Berkasnya Belum Dilimpahkan JPU

Ini terlihat dari atap masjidnya yang bersusun lima yang mirip dengan Pagoda.

Bagian tangga masjid memiliki model menyerupai 'goa', yang menurut sejarah pembangunannya dilakukan atas bantuan seorang arsitektur asal Mongolia bernama Cek Ban Cut.

DeskJabar mengutip laman duniamasjid.islamic-center.or.id, Masjid Agung Banten didirikan oleh Sultan Maulana Hasanudin, sultan pertama Kesultanan Demak, yang juga merupakan putera dari Sunan Gunung Jati sekitar tahun 1560 - 1570.

Hingga kini masjid masih tampak kokoh dan terawat dengan baik dan kebersihannya terjaga. Masjid ini merupakan satu dari sepuluh masjid tertua di Indonesia.

Demikian juga dengan pelataran masjid dan taman yang merupakan bangunan tambahan pun dirawat dengan baik.

Makam-makan di sekitar Masjid Agung Banten dering dikunjungi oleh umat Islam dari berbagai daerah di Indonesia.

"Tidak hanya dari Pulau Jawa tapi juga pulau-pulau lain di Indonesia," kata Syafroni, DKM Masjid Agung Banten, Jumat 22 Juli 2022.

Menurutnya, masjid memang dikelilingi banyak makam, di tak jauh dari lokasi tersebut pun ada sejimlah situs sejarah.

Pada sisi timur masjid berdiri kokoh menara dengan ketinggian sekitar 30 meter dengan diameter bagian pangkalnya sekitar 10 meter.

Konon, menara tersebut dulu selain sebagai tempat untuk mengumandangkan azan juga digunakan untuk mengawasi perairan laut.

Berdasarkan sejarah, menara ini dibangun semasa kekuasaan Sultan Haji pada tahun 1620 oleh seorang arsitek Belanda, Hendrik Lucazoon Cardeel.

Cardeel membelot ke pihak Banten, dan kemudian dianugerahi gelar Pangeran Wiraguna.

Dari luar menara terlihat ada pintu yang kini ditutup dengan tralis besi. Di dalamnya tampak tangga untuk naik ke atas

Disebutkan, tangga tersebut melingkari menara, melewati lorong sempit yang hanya cukup dilewati oleh satu orang saja.

Menara yang berbentuk mercusuar ini menjadi keunikan masjid yang cukup mencolok. Pasalnya, kala itu, kebanyakan masjid di Nusantara belum memiliki menara karena bukan merupakan tradisi pelengkap masjid di Jawa.

Kesultanan Banten menempatkan Islam sebagai landasan kehidupan politik kerajaan.

Meskipun Islam mendominasi kehidupan politik dan kebudayaan di kesultanan Banten, namun tidak menutup kemungkinanan agama lain menjalankan ritualnya di sana.

Hal ini dibuktikan dengan adanya bangunan kelenteng yang merupakan pusat peribadatan etnis Cina pada masa itu.

Melihat bangunannya, Masjid Agung Banten memang sarat dengan nuansa keagamaan Islam yang telah dipadu dengan budaya Barat dan Cina pada arsitektur bangunannya.

Banyak makna filosofis pada setiap detailnya. Misalnya enam pintu masjid menggambarkan rukun iman.

Pintu masuk tersebut sengaja dibuat pendek sehingga memaksa pengunjung merunduk sebagai simbol ketundukan kepada Sang Pencipta.

Sedangkan tiang masjid terdiri dari 24 buah, sebagai simbol waktu 24 jam.

Elemen unik lainnya adalah umpak dari batu andesit berbentuk labu berukuran besar dan beragam di setiap dasar tiang masjid.

Di bagian depan ruang utama terdapat mimbar besar antik yang penuh motif hias dan kombinasi warna. Mimbar ini dinaungi atap bergaya Cina.

Untuk masuk ke Masjid Agung Banten sebetulnya tidak ada tiket masuk, namun kita diminta untuk mengisi kencleng seikhlasnya saat masuk ke pelataran masjid juga jika mau wisata ziarah ke makam. ***

 

Editor: Syamsul Bachri

Sumber: liputan duniamasjid.islamic

Tags

Terkini

Terpopuler