"Berdiri pada bulan juli 2014, Kelompok Tani Dangiang Sukatani memiliki 15 orang anggota," kata Wahyu Yilianto.
Dalam menjalankan budidaya lada, kata dia, Poktan Dangiang Sukatani dibina oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumedang dan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.
"Tidak hanya masalah kegiatan bimbingan teknis budidaya lada, kami juga mendapat bantuan pupuk dan alat pertanian", ujar Wahyu.
Baca Juga: Melongok Meriahnya Nyadran Agung, Budaya Wali Sanga untuk Sambut Ramadhan di Kulon Progo DIY
Dia mengungkapkan, pada awal tanam dan panen pertama Poktan Dangiang Sukatani sempat merasakan harga jual lada yang mahal, mencapai Rp200.000 per kilogram untuk lada putih kering
Namun seiring berjalannya waktu dimana harga lada di indonesia terus menurun dan tidak menjadi primadona lagi, banyak petani lada di Sumedang yang beralih haluan menanam komoditi lain
Namun Poktan Dangiang Sukatani yang dipimpin Wahyu mencoba bertahan terus berusaha tetap eksis dan fokus menjalani bududaya lada.
Salah satu upaya untuk menyiasati harga lada yang turun, yakni tidak menjual langsung hasil panen ladanya ke tengkulak yang hanya menerima lada kering dari petani Rp65.000 per kg.
"Kami melakukan proses hilirisasi dengan mengolah sendiri hasil panen. Lalu dikemas dan dijual langsung ke konsumen sudah dalam bentuk kemasan siap pakai dengan nama produk Dangiang Pepper," ujar Wahyu.
Berharap bantuan mesin pengolah
Wahyu menjelaskan, produk lada Dangiang Pepper sudah berupa lada halus siap pakai, dikemas dalam botol isi 35 gram, dijual dengan harga Rp10.000 per botol