DESKJABAR - Selain kekayaan aneka ragam budaya dan pemandangan alamnya yang memukau para wisatawan, Pulau Bali juga dikenal dengan sistem tata kelola airnya yang disebut Subak.
Subak adalah sistem pengairan masyarakat Bali yang menyangkut hukum adat dan mempunyai ciri khas, yaitu sosial-pertanian-keagamaan dengan tekad dan semangat gotong royong.
Sudah sejak zaman dulu, secara turun temurun Subak menjadi cara masyarakat Bali dalam usaha memperoleh air dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan air dalam menghasilkan tanaman pangan terutama padi dan palawija.
Salah satu Subak yang menjadi perhatian dunia adalah pemandangan hamparan sawah bertingkat di dataran tinggi Bali yang berundak-undak seluas sekitar 300 hektare di Jatiluwih, Kabupaten Tabanan.
Baca Juga: Indonesia Siap Pimpin Pertemuan WWF Ke-10 di Bali, Usung 3 Misi Tata Kelola Air
Baca Juga: Melongok Meriahnya Nyadran Agung, Budaya Wali Sanga untuk Sambut Ramadhan di Kulon Progo DIY
Subak Jatiluwih menjadi salah satu contoh sistem pengairan sawah yang khas di Pulau Dewata. Sejak ratusan tahun mereka memanfaatkan parit sebagai tempat penampungan air yang akan terus mengalir ke sawah-sawah mereka.
Pengelola daya tarik wisata Subak Jatiluwih, John K Purna, yang juga menekuni pertanian, menjelaskan bahwa para petani di wilayahnya sudah bergabung dalam kelompok secara turun-temurun.
Namun tidak diketahui sejak kapan masyarakat di Jatiluwih menggunakan sistem irigasi subak, lantaran secara berkelanjutan keturunan mereka sudah bergabung dan mendapat aliran air dari parit.