Dr. Farin tak Surut Langkah Meski Awalnya Tak Ada Restu Keluarga

- 5 Desember 2020, 14:01 WIB
dr. Aulia Giffarinnisa (Dokter - RSDC Wisma Atlet)
dr. Aulia Giffarinnisa (Dokter - RSDC Wisma Atlet) /Satgas Covid-19/

DESKJABAR – Keinginanan kuatnya untuk mengabdi dalam penanganan Covid-19, tak membuat dr. Aulia Giffarinnisa patah arang kondisi berat yang harus dihadapinya setiap hari.

Panasnya baju dan perlengkapan APD yang harus dikenakannya selama 8 jam setiap hari, dan puasa yang harus dijalaninya, tak membuatnya mundur untuk menangani pasien Covid-19 di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Jakarta.

Bahkan wanita yang akrab disapa dr. Farin tersebut, awal keinginannya mengabdi tak mendapat restu dari keluarganya. Pasalnya, korban jiwa dan kasus positif terus bertambah sejak kasus pertama diumumkan pemerintah secara resmi pada awal Maret 2020.

Baca Juga: 3 Langkah Bupati Bogor Ade Yasin Agar Ibukota Kabupaten Lebih Cantik

Berperang dengan virus yang begitu cepat berpindah dan menginfeksi banyak orang, membuat keluarga dr. Farin ragu dengan keputusan yang diambil dokter yang pernah bertugas di daerah Sulawesi Selatan ini.

“Saya tidak menyerah dengan keinginan saya untuk mengabdikan diri, saya terus meyakinkan orang tua dan keluarga. Akhirnya izin dari orangtua saya keluar pada Agustus lalu dan mulai September saya bertugas di Wisma Atlet,” kisahnya, dalam Dialog Produktif yang mengangkat tema ‘Berbakti untuk Kemanusiaan Tanpa Pamrih’.

Dialog ini diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) di Media Center KPCPEN, Jumat, 4 Desember 2020, dalam rangka Hari Relawan Internasional pada 5 Desember.

Baca Juga: Mantan Artis Cilik Ditangkap Polisi di Rumahnya Karena Narkoba

Selama bertugas, banyak suka duka yang dihadapinya apalagi pada September lalu, tempat tidur di komplek Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet hampir penuh.

“Awalnya takut, namun akhirnya cepat beradaptasi. Sistem kerja shift 8 jam namun karena memakai APD maka harus bersiap satu jam sebelumnya. Selama bertugas juga tidak boleh membuka APD jadi tidak boleh buang air dan terpaksa puasa,” tutur dr. Farin.

Meski termasuk dokter muda dan dari daerah, dr. Farin merasa aman dan nyaman selama melayani pasien. Dia juga tidak merasa berjarak dengan tenaga medis dan kesehatan lainnya.

“Di sini semuanya satu misi untuk penanganan Covid-19 jadi semuanya disiplin. Beda dengan di luar, masih ada yang cuek dengan protokol kesehatan,” tuturnya.

Baca Juga: Polisi Filipina Akan Cambuk Dengan Rotan Pelanggar Social Distancing Selama Musim Perayaan Natal

Diakuinya, dalam dinamika bertugas pasti ada sejumlah tantangan utamanya dari para pasien yang dirawatnya, apalagi dr. Farin bertugas untuk menangani pasien yang masuk kategori bergejala berat.

“Agak tertekan ketika menghadapi pasien yang ngeyel karena tidak nyaman dalam perawatan. Kadang mereka sering melepas selang oksigen padahal mereka sangat perlu hanya mereka merasa tidak nyaman,” ujarnya.

Jika menemukan pasien-pasien seperti itu, Farin mengaku akan melakukan pendekatan secara psikologis. Dia berusaha memahami para pasien banyak tertekan karena tidak ditemani oleh keluarga.

Baca Juga: Lagi, Anggota DPRD Ditangkap BNN Saat Asyik Pesta Sabu-sabu

“Mereka hanya  didampingi dokter dan tenaga kesehatan. Salah satu pengalaman tidak terlupakan menyaksikan bagaimana proses pasien yang satu bulan dirawat dengan gejala parah sekali hingga akhirnya bisa sembuh dan dinyatakan negatif dan diijinkan pulang,” ujarnya.

Kepada masyarakat luas, dr. Farin berpesan agar jangan menunggu dan berpikir lama untuk berkontribusi mulai dari hari yang paling kecil dan mudah dilakukan.

“Kontribusi minimal yang dapat dilakukan adalah mencegah penularan dari diri sendiri dan orang di sekitar. Laksanakan protokol kesehatan 3M,” ujar dr. Farin, yang sangat berharap agar segera ada vaksinasi ini.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: satgas covid-19


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah