Warga Korsel yang Tewas Naik Jadi 48, Simak Alasan Pemerintah Tetap Lanjutkan Vaksinasi Flu

- 24 Oktober 2020, 23:43 WIB
Ilustrasi vaksin
Ilustrasi vaksin /Pixabay/Steve Buissinne/

DESKJABAR - warga Korea Selatan yang meninggal dunia diduga setelah disuntik vaksin flu meningkat dari 12 menjadi 48 orang pada Sabtu, 24 Oktober 2020.

Melonjaknya angka kematian menyebabkan kalangan dokter dan politikus meminta pemerintah menunda program vaksinasi terhadap sekitar 30 juta dari 54 juta warga Korsel.

Namun, Badan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (KCDA) Korsel memutuskan untuk meneruskan program vaksinasi tersebut untuk warganya. Alasannya, penyebab warga Korsel meninggal dunia itu bukan lantaran suntikan vaksin, tetapi karena penyebab lain.

Baca Juga: Tak Mau Tertular Covid-19, Pemkab Karawang Pantau Pemudik Libur Panjang

"Setelah memeriksa kasus kematian hingga saat ini, tidak tepat menunda program vaksinasi flu. Vaksinasi sangat penting tahun ini karena pertimbangan pandemi Covid-19," kata Direktur KDCA Jeong Eun-kyung yang dikutip Channel News Asia, Sabtu.

Jeong mengungkapkan, hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ada hubungan langsung antara suntikan vaksin flu dengan 26 kasus yang diinvestigasi. Pada otopsi awal terhadap 20 prang yang dilakukan polisi dan Badan Forensik Nasional, sebanyak 13 orang meninggal karena gangguan cardiovascular, cerebrovascular, dan penyakit lain yang bukan disebabkan oleh vaksinasi.

Ada enam produk yang dilaporkan terkait dengan kematian puluhan warga Korsel tersebut. Di antaranya Sanofi yang berbasis di Prancis, dan enam perusahaan domestik, yaitu SK Bioscience, Shinsung Pharm, Korea Vaccine, GC Pharma, Boryung Biopharma, dan LG Chem.

Baca Juga: Covid-19 Klaster Pesantren di Garut, dari 720 Sampel 110 Terkonfirmasi Positif

Selain mengimbau warga Korsel untuk tetap ikut vaksinasi flu, Jeong menyarankan persiapan yang perlu dilakukan seperti minum cukup air dan memberi tahu petugas kesehatan mengenai kondisi medisnya. Ia juga memberi advis kepada mereka yang divaksin untuk menunggu 15-30 menit sebelum meninggalkan klinik.

"Jika memungkinkan, ikut vaksin saat cuaca sedang cerah karena ada kekhawatiran suhu dingin dapat berpengaruh terhadap penyakit cardiovascular atau cerebrovascular," ucapnya.

Korea Biomedical Review melaporkan, seorang siswa sekolah menengah atas berusia 17 tahun menjadi orang pertama yang meninggal dunia. Hal itu mendorong sejumlah gubernur dan pemangku kepentingan yang lain meminta rumah sakit untuk menunda vaksinasi influenza.

Baca Juga: AstraZeneca Lanjutkan Uji Klinis Vaksin Covid-19 di AS, Ungkap Pula Rencana Menaikkan Harganya

Siswa itu mengembuskan napas terakhir, dua hari setelah menerima suntikan vaksin Shinsung. Akan tetapi, KDCA pada Jumat mengatakan, kematiannya berdasarkan hasil otopsi, tidak terkait vaksinasi.

"Jumlah yang meninggal dunia meningkat. Akan tetapi, tim kami berpandangan, kecil kemungkinan kematian itu disebabkan suntikan vaksin," kata Direktur KDCA, Jeong Eun-kyeong, dalam dengar pendapat dengan dewan perwakilan rakyat seperti dilansir Reuters.

Menteri Kesehatan Park Neung-hoo berjanji akan memeriksa keseluruhan proses yang melibatkan berbagai badan pemerintah, mulai dari produksi hingga distribusi.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Bisa Molor, Luhut : BPOM Belum Keluarkan Emergency Use Authorization

Terjadi masalah

Menurut KDCA, sebanyak 9,4 juta orang telah divaksinasi pada Jumat, 23 Oktober 2020, sebagai bagian dari program yang dimulai pada September. Tercatat ada 1.154 kasus dengan reaksi yang merugikan.

Pada September, KDCA menunda program vaksinasi flu nasional lantaran terjadi masalah. Setumpuk vaksin Shinsung dibiarkan dalam suhu ruangan selama pengantaran, padahal vaksin itu seharusnya disimpan dalam wadah yang berpendingin.

Menurut New York Times, KDCA berusaha menarik vaksin-vaksin tersebut. Akan tetapi, sekitar 2.300 dosis vaksin telanjur diberikan. Suhu ruangan akan menjadikan vaksin flu tidak efektif, tetapi tidak membuatnya jadi berbahaya.

Baca Juga: Dua Kecamatan Masuk Zona Biru Covid-19 Kota Bandung, Ada Kecamatan Yang Naik Hampir Dua Kali Lipat

Awal bulan ini, seperti dilansir The Korea Times, sebanyak 615 ribu dosis vaksin flu ditarik setelah ada temuan partikel putih di dalam vaksin. Kendati demikian, substansi itu dinyatakan tidak berbahaya.

Korban meninggal dunia kebanyakan orang lanjut usia, yang vaksinasinya secara gratis lantaran mendapat bantuan pemerintah. Menurut laporan Reuters, KDCA mengatakan pada Kamis bahwa sedikitnya tujuh dari sembilan orang yang diinvestigasi, mempunyai masalah kesehatan.

Menurut Jeong, produk vaksin yang diberikan kepada orang-orang yang kemudian meninggal dunia, berasal dari produsen yang berbeda. Mereka juga tidak menerima vaksin dari lembaga medis yang sama.

Kemungkinan adanya kaitan antara vaksin dan kematian, sangatlah kecil. Kita harus berhati-hati jika hendak menghentikan proyek vaksin flu," ujarnya.

Kendati demikian, organisasi dokter berpengaruh, The Korean Medical Association, juga oposisi dari Partai Kekuatan Rakyat, mendesak pemerintah Korsel untuk menunda program vaksin flu. Setidaknya selama sepekan untuk menginvestigasi kejadian itu lebih lanjut.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: Reuters Channel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah