Ada Cuti Bersama, ke Yogyakarta Tanpa Macet Cobalah Jalur Daendels

- 22 Oktober 2020, 18:29 WIB
JALUR Pantai Selatan Jawa Tengah yang dikenal dengan nama Jalan Daendels. Mulus dan lurus terbentang dari mulai Kabupaten Cilacap hingga Bantul DIY.
JALUR Pantai Selatan Jawa Tengah yang dikenal dengan nama Jalan Daendels. Mulus dan lurus terbentang dari mulai Kabupaten Cilacap hingga Bantul DIY. /Dok. Zair Mahessa/DeskJabar/

DESKJABAR - Pemerintah telah menetapkan cuti bersama Maulid Nabi Muhammad SAW pada 28 dan 30 Oktober 2020. Karena 31 Oktober dan 1 November adalah hari Sabtu dan Minggu, itu berarti di akhir Oktober ini akan ada libur panjang selama 5 hari yakni dari 28 Oktober hingga 1 November 2020.

Nah, bagi warga Bandung atau Jawa Barat yang ingin traveling ke Yogyakarta atau sebaliknya  menggunakan kendaraan pribadi tanpa macet dengan suasana baru dan pemandangan yang sedap dipandang mata, cobalah jalur Pansela (pantai selatan) Jawa Tengah yang dikenal juga dengan nama “Jalan Daendels”. 

Jalur ini membentang lurus dengan aspal mulus tanpa “jerawat” bak wajah artis Korea. Panjangnya sekitar 130 km menelusuri pantai Selatan Jawa Tengah, mulai dari wilayah Cilacap, Kebumen, Purworejo, hingga Bantul (Daerah Istimewa Yogyakarta).

Baca Juga: Libur Panjang Oktober 2020, Hindari Rekor Baru Kasus Covid-19

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Jangan Tergesa-gesa, Ada Tiga Rekomendasi PB IDI Untuk Menkes

Kemana jalurnya jika ingin mencoba jalan Daendels?. Kita mulai saja dari Kota Banjar (liputan lewat Cilacap nanti dalam episode Pansela Jabar-Jateng –red). Ada beberapa alternatif jalur yang bisa dilewati untuk berpindah dari Jalur Selatan Reguler (jalan Nasional yang biasa kita lewati) ke Jalur Selatan Daendels ini:

Gombong – Tambakmulyo. Dari arah Kota Banjar sebelum masuk Kota Gombong, Kebumen, ada papan petunjuk menuju arah ke jalur Selatan atau Yogyakarta alternatif. Tinggal ikuti jalan ini,  sampai pertigaan Jladri, belok kiri menuju Pantai Suwuk, lanjut ke Tambakmulyo dan langsung masuk jalur Daendels.

Karanganyar – Petanahan. Selepas kota Karanganyar, akan sampai rest area Candisari, maju sekitar 1 km akan bertemu pertigaan menuju Petanahan. Jalur ini paling lebar diantara  jalur masuk yang lain. Cukup 10 km ditempuh, akan sampai di Jalur Daendels.

Kebumen – Buluspesantren. Masuk dari jalur lingkar Kebumen, lampu merah ambil kanan. Setelah menempuh jarak 8 km akan sampai ke jalur Daendels.

Diantara pilihan jalur masuk di atas, yang paling direkomendasikan adalah jalur Karanganyar – Petanahan. Jalur masuknya cukup bagus, lebar dan bisa lama menikmati Jalur Selatan Daendels. Namun harus diingat, di jalur Daendels masih belum banyak SPBU, rumah makan atau tambal ban di sepanjang jalan itu.  Jadi siapkan bekal Anda, isi penuh BBM dan yang utama kendaraan harus prima.

Dua Daendels yang berbeda

Pasti ada yang bertanya: bukankah jalan Daendels itu jalan di Pantai Utara yang menghubungkan Anyer hingga Banyuwangi? Jawabannya, benar, yang membangun jalan Pantura adalah  Herman Willem Daendels semasa ia menjabat Gubernur Jendral Hindia Belanda (1808-1811). 

PETA jalur jalan Daendels yang menyusuri pantai Selatan Jawa Tengah.
PETA jalur jalan Daendels yang menyusuri pantai Selatan Jawa Tengah.

Sedangkan Meneer Belanda yang di Pansela ini adalah AD. Daendels. Meski sama-sama bernama Daendels, ternyata orangnya berbeda. AD Daendels menjabat sebagai asisten residen di wilayah Ambal (kini nama kecamatan di Kabupaten Kebumen yang terkenal dengan kuliner sate ayamnya)  pada 1838, atau tiga dekade setelah Herman Willem Daendels mulai menempati posisi sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Ternyata pula, AD Daendels ini bukan pemrakarsa pembangun jalur Pansela, karena jalur ini sebelumnya sudah ada dan dikenal  dengan nama Jalur Diponegoro. Ya, Pangeran Diponegoro dan para pengikutnya pernah bergerilya di ruas jalan ini, tepatnya di wilayah Karesidenan Bagelen, dalam Perang Jawa melawan Belanda yang berlangsung sejak 1825 hingga 1830.

Baca Juga: Presiden Brazil Tolak Vaksin Asal China, Alasan Penolakannya Disampaikan Melalui Media Sosial

Setelah Perang Jawa usai, yang berakhir dengan kemenangan Belanda yang bersiasat menangkap Pangeran Diponegoro, jalur lama Mataram ini mulai dikenal sebagai Jalur Daendels seiring kehadiran AD Daendels sebagai Residen di daerah itu.

Jalan Daendels Pansela  sempat menyandang citra suram, tidak sering dilewati kendaraan. Berbeda dengan Jalan Daendels utara yang bahkan menjadi jalur transportasi utama antar-kota di Jawa. Kondisi jalan yang buruk dan kurangnya penerangan dan marka jalan memicu sering terjadi aksi begal, yang membuat jalur pesisir selatan ini seolah terabaikan.

Namun, kesan buram itu kini perlahan sirna. Jalur yang semula dari wilayah Brosot (Kulon Progo) hingga Adipala Cilacap (bisa juga masuk atau keluar dari Petanahan) itu kini dimulai lebih ke timur, dari pesisir Pantai Samas di Bantul. Jalannya sudah diaspal mulus dan menjadi jalur alternatif menuju Jakarta, Bandung atau sebaliknya, dari barat ke Yogyakarta.

Bahkan dengan berdirinya Bandar Udara baru "Yogyakarta International Airport" di kawasan Glagah, Kulon Progo, sebagai pengganti Bandar Udara Adisucipto Yogyakarta, boleh  jadi kesuraman  yang sebelumnya melekat pada jalur Daendels selatan ini akan segera sirna. Habis gelap terbitlah terang, jalur ini terkoneksi dengan  jalur Pansela di Jawa Barat hingga Banten. ***

 

Editor: Zair Mahesa


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x