WASPADA Bahaya Besar Akibat Gelombang Panas Siap Menerjang, Lahan Pertanian Susut Harga Beras Naik 50 Persen

- 2 Juni 2023, 07:44 WIB
Waspada bahaya besar akibat gelombang panas siap menerjang, lahan pertanian akan menyusut, harga pangan melambung hingga harga beras akan lebih  mahal hingga 50 persen
Waspada bahaya besar akibat gelombang panas siap menerjang, lahan pertanian akan menyusut, harga pangan melambung hingga harga beras akan lebih mahal hingga 50 persen /USDA/

Kota Shanghai pernah mencapai suhu terpanas sebelumnya yang mencapai 35,7 derajat Celcius pada tahun 1876, 1903, 1915 dan tahun 2018.

Bagaimana di Indonesia?

Laman Greenpeace Indonesia melaporkan bahwa krisis iklim telah mendekatkan kita dengan ancaman gelombang panas, jika kita tidak segera menahan laju krisis iklim maka kelangsungan hidup manusia akan terancam.

Baca Juga: Di KBB, Petani Perkebunan Kopi Tumpangsari dengan Tomat, untuk Penghasilan Ganda

Intensitas bencana yang semakin tinggi membuat kita sangat dekat dengan ancaman serius yang ditimbulkan akibat krisis iklim. Sudah tidak ada pilihan selain melakukan transisi energi dan stop bahan bakar fosil yang dapat memperburuk kondisi bumi.

Studi yang dilakukan World Weather Arttibution (WWA) melaporkan bahwa ancaman gelombang panas 30 kali lebih sering terjadi dengan naiknya suhu rata-rata di bumi.

WWA juga menyebutkan bahwa kawasan Asia Tenggara dinyatakan sebagai kawasan rentan akan krisis iklim yang akan sering memicu terjadinya gelombang panas.

Bahkan WWA melaporkan dengan kombinasi terjadinya gelombang panas dan tingkat polusi yang tinggi di kawasan Asia Tenggara akan memunculkan krisis penyakit pernapasan dan kardiovaskular akan semakin meningkat.

Meski IPCC memperingatkan bahwa 8 persen dari tanah pertanian tidak akan lagi bisa digunakan apabila terjadi peningkatan rata-rata suhu bumi yang menyentuh 1,5 derajat Celcius, namun angka 8 persen itu bukanlah angka yang kecil jika melihat kondisi pertanian saat ini.

Penelitian Cornell University pada tahun 2021 menyebutkan bahwa produktivitas pertanian global saat ini saja 21 persen lebih rendah daripada tanpa krisis iklim.

Mengutip dari laman Instagram @greenpeace.id, gelombang panas akan berdampak buruk pada tanaman seperti terjadinya dehidrasi, tingkat penyerbukan berkurang, fotosintesis yang lebih lambat, serta serangga dan pathogen akan lebih mudah menyerang.

Halaman:

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x