Dalam penetapan tnggal 1 Ramadhan, Muhammadiyah menggunakan metode Hisab hijab wujud al-hilal imana penetapan awal bulan baru yang menegaskan, bulan Qamariah baru dimulai apabila telah terpenuhinya tiga parameter.
Tiga parameter tersebut adalah ijtimak atau telah terjadi konjungsi, ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam, bulan berada di atas ufuk pada saat matahari terbenam. Dengan metode tersebut, awal dan akhir Ramadan telah diketahui hingga tahun 2067.
Sementara metode yang dilakukan NU dan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama, penentuan awal puasa atau 1 Ramadhan melalui rukyatul hilal yang dilakukan di sejumlah titik pengamatan di seluruh wilayah Indonesia pada akhir bulan.
Selanjutnya, akan dilakukan sidang isbat setelah pengamatan hilal atau bulan baru tersebut. Dari hasil siding isbat yang juga dihadiri perwakilan dari ormas Islam, Kementerian Agama akan memutuskan kapan awal puasa.
Akankah Ramadhan 2023 di Musim Kemarau? Ini Peringatan BMKG
Sebelumnya dalam keterangannya pada 27 Januari 2023, Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengeluarkan peringatan terkait musim kemarau 2023. Menurutnya, kemarau tahun ini akan lebih kering ketimbang tahun-tahun sebelumnya.
Dwikora memaparkan bahwa kondisi kemarau tahun ini berbeda dengan tiga tahun terakhir, dimana dalam periode tahun 2020-2022 intensitas hujan di musim kemarau cukup tinggi.
"Jadi, yang kita tadinya 2-3 tahun berturut-turut kemaraunya basah, lalui sekarang menjadi netral, artinya menjadi tidak basah lagi. Kemarau menjadi normal selayaknya normal seperti biasanya. Normal itu seperti tahun 2018," tutur Dwikorita
Dengan kondisi ini, menurut Dwikora, berpotensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akan semakin mudah terjadi, serta berpotensi akan menggangu pada produktifitas pangan.
Dwikora memaparkan bahwa kewaspadaan harus lebih ditingkatkan. Terutama di daerah-daerah yang masuk ke dalam kategori rawan Kahutla, contohnya seperti di Sumatera dan Kalimantan.