Pandangan Islam dalam Menanggapi Mitos Bulan Safar, Sering Dianggap Bulan Penuh Kesialan

- 8 September 2022, 20:05 WIB
Pandangan Islam dalam menanggapi mitos bulan Safar, sering dianggap bulan penuh kesialan
Pandangan Islam dalam menanggapi mitos bulan Safar, sering dianggap bulan penuh kesialan /PIXABAY/xegxef/


DESKJABAR - Bulan Safar sering dianggap sebagai bulan yang penuh kesialan.

Tidak hanya di Indonesia, kepercayaan ini pun dipercaya di berbagai penjuru dunia.

Meskipun bulan Safar dikenal sebagai bulan Islam, namun tidak sedikit beberapa kalangan yang salah dalam memaknai bulan tersebut.

Orang Arab zaman jahiliah dulu, mempercayai jika Safar sebagai bulan yang penuh kesialan, kemalangan, dan hal buruk lainnya.

Ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilakukan pada bulan kedua setelah bulan Muharram dalam penanggalan kalender hijriah ini.

Baca Juga: MENGEJUTKAN! Ini Pernyataan Bripka RR soal Pertemuan 15 Menit Brigadir J dengan Putri Candrawathi di Kamar

Mereka mempercayai bahwa di bulan Safar akan datang berbagai kesialan yang dapat menimpa siapa saja.

Bahkan, kepercayaan tersebut diyakini tetap ada sampai masa Rasulullah SAW.

Dikutip dari YouTube Selintas Saur yang berjudul "Safar Bulan Sial? Sejarah, Mitos, dan Pandangan Islam Tentang Bulan Safar", secara etimologi Safar dalam bahasa Arab berarti kosong, kuning, dan nama dari sebuah penyakit.

Dinamakan dengan bulan Safar yang mengandung arti kosong, sebab menjadi kebiasaan dari orang Arab pada zaman dulu yang meninggalkan rumah mereka untuk mengumpulkan makanan ataupun keperluan untuk berperang.

Namun, ada juga sebagian orang Arab yang mengartikan Safar dengan sejenis penyakit perut, yang berbentuk ulat besar dan mematikan.

Karena hal itulah yang membuat mereka percaya jika bulan Safar adalah bulan kesialan atau kemalangan.

Oleh karena itu, orang Arab pada zaman dulu melarang keras diadakannya acara-acara penting, seperti acara pernikahan.

Selain itu, di India pun sebagian orang meyakini jika 13 hari pertama pada bulan Safar, merupakan hari naas dan terdapat banyak bala.

Baca Juga: Dua Awak Pesawat Bonanza TNI AL yang Jatuh di Selat Madura Ditemukan Meninggal Dunia

Begitupun sebagian umat Islam di Indonesia, terdapat banyak ritual di bulan Safar. Salah satu yang populer yaitu Rebo Wekasan.

Rebo Wekasan dilakukan di hari rabu terakhir pada bulan Safar, yang dipercaya sebagai penolak bala dan malapetaka.

Banyak yang mempercayai bahwa Allah SWT menurunkan 320.000 penyakit, ada juga yang menyebutkan 360.000 penyakit, serta 20.000 bencana dan malapetaka yang diturunkan ke dunia pada bulan Safar.

Oleh karena itu, pada Rebo Wekasan diyakini tidak diperbolehkan melakukan kegiatan atau acara penting, seperti perjalanan jauh, pernikahan, berdagang, dan sebagainya. Jika tetap dilakukan, maka akan mendapat kesialan.

Lalu, bagaimanakah pandangan Islam dalam mitos bulan Safar ini?

Banyak anggapan negatif tentang bulan Safar ini ternyata bertentangan dengan ajaran Islam.

Menurut penulis dari buku "Pokok-Pokok Akidah yang Benar", H.A Zahri bahwa kepercayaan bulan Safar mendatangkan kesialan disebut sebagai jenis khurafat atau mitos.

Khurafat sendiri adalah bentuk penyimpangan dalam akidah Islam.

Khurafat atau mitos secara bahasa artinya cerita bohong, sedangkan menurut istilah berarti cerita rekaan atau khayalan.

Kepercayaan tersebut bahkan dibantah oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadist yang berbunyi :

"Tidak ada kesialan karena 'adwa (keyakinan adanya penularan penyakit), tidak ada thiyarah (menganggap sial sesuatu hingga tidak jadi beramal), tidak ada hammah (keyakinan jahiliyah tentang reinkarnasi) dan tidak pula Safar (menganggap bulan Safar sebagai bulan haram atau keramat)," H.R Bukhari.

Baca Juga: Terjadinya Gempa, Cak Nun : Menunjukan Era Nyi Roro Kidul Sudah Berakhir

Akan tetapi pada kenyataannya, masih banyak umat muslim yang percaya jika bulan Safar adalah bulan bencana yang bisa memberikan banyak keburukan.

Hal ini terus berlangsung dari satu generasi ke generasi berikutnya. Meskipun sudah dibantah tegas oleh Rasulullah SAW.

Sebuah keyakinan inilah yang dapat menjerumuskan seseorang pada jurang kemusyrikan.

Kesialan, kemalangan, ataupun bencana bisa terjadi kapan saja dan tidak hanya terjadi pada bulan Safar saja.

Dalam firman-Nya, Q.S At-Taubah : 51, Allah SWT menegaskan bahwa :

"Katakanlah : Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal,"

Kepercayaan yang menganggap bulan Safar adalah bulan sial, bukanlah bagian dari ciri orang yang beriman.
Orang beriman memahami bahwa segala rahasia dan peristiwa-peristiwa yang terjadi merupakan kehendak dan rencana Allah SWT.***

Editor: Zair Mahesa

Sumber: YouTube Selintas Saur


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah