HATI HATI! 2 Hal Bikin Puasa Ramadhan dan Tarawih Diabaikan Allah, Ini Ciri - cirinya Kata Ustadz Adi Hidayat

- 13 April 2022, 08:33 WIB
Ustadz Adi Hidayat memaparkan ada puasa dan tarawih yang diabaikan oleh Allah SWT dan Rasulullah.
Ustadz Adi Hidayat memaparkan ada puasa dan tarawih yang diabaikan oleh Allah SWT dan Rasulullah. /Tangkapan layar YouTube Ustadz Adi Hidayat Official /

DESKJABAR - Hari ini kita sudah memasuki puasa Ramadhan hari ke- 11. Sudah benarkah puasa kita, juga tarawih? Yakinkah diterima oleh Allah SWT. Apa ciri puasa diterima Allah?

Ada puasa dan tarawih yang diabaikan oleh Allah SWT, tidak diberi nilai atau minim nilai dan pahala.

Oleh karena itu, kita hendaknya mengetahui puasa seperti apa yang diabaikan oleh Allah SWT. Tarawih mana yang tidak diberi nilai pahala oleh Allah.

Jika kita mengetahuinya, maka bisa menghindari perbuatan yang menyebabkan puasa dan tarawih kita hilang nilai dan pahala.

Baca Juga: Tidur di Bulan Puasa Ramadhan Itu Benarkah Ibadah? Penjelasan Ustadz Adi Hidayat Sangat Mengejutkan

Tentang hal itu Ustadz Adi Hidayat membahasnya dalam ceramah singkat berjudul "(Akusuka eps.7) Puasa dan Tarawih yang Diabaikan oleh Allah dan Rasulullah", dirilis dalam kanal YouTube Ustadz Adi Hidayat Official, 9 April 2022.

Ustadz Adi Hidayat membahas tentang puasa dan tarawih yang diabaikan oleh Allah SWT dan Rasulullah berdasarkan hadits Ibnu majah yang disepakati oleh banyak ulama.

Seluruh hadits mengerucut pada periwayat keshahihan hadits, Abu Hurairah ra.

"Rasulullah SAW bersabda, ada sementara orang yang berpuasa tidak mendapatkan apapun dari puasanya, kecuali rasa lapar dan haus," kata Ustadz Adi Hidayat.

Ditambahkannya, didapati juga orang yang menuaikan qiyam (ibadah sholat malam) Ramadhan yaitu tarawih, tidak mendapat apapun darinya hanya sebatas lelah begadang.

Baca Juga: Ternyata Ada Doa Buka Puasa yang Dinilai Dhaif, Inilah Doa yang Dipilih Ustadz Adi Hidayat dan Alasannya

"Pensyarah mengomentari beragam dan mengerucut pada dua bagian utama," kata Adi Hidayat.

Pertama, seluruhnya sepakat bahwa hadits ini memberikan peringatan pada setiap insan yang beriman yang menunaikan shiyam dan qiyam berupa paket Ramadhan.

Paket ibadah yang ditunaikan siang dan malam. Siangnya ada shiyam atau puasa, malamnya menunaikan ibadah qiyam.

Kedua, ini ada persoalan. Ada orang yang diabaikan oleh Allah dan Rasul. Allah tak memberikan pahala. Disebut oleh Rasulullah orang itu hanya lelah yang dirasakannya.

Baca Juga: Persiapan Meraih LAILATUL QADAR Ramadhan 2022, Ini Tips dari Ustadz Adi Hidayat

Kata Ustadz Adi Hidayat, orang-orang ini ada dua bagian utama:

1. Niat yang tidak tulus untuk mengabdi kepada Allah SWT.

Di antara mereka yang diduga kuat bermasalah adalah dari ketulusan niatnya. Seperti diketahui bahwa seluruh amal dalam Islam akan dinilai soleh dan baik, bergantung pada motivasi hatinya, bergantung pada niatnya.

"Sungguh seluruh ibadah itu akan dibatasi penerimaannya di sisi Allah berdasar pada niatnya. Apakah ditujukan untuk Allah semata, atau dibelokan bukan sebagai pengabdian, misalnya hanya mengikuti tren. Tak menikmati tarawihnya, ingin cepat selesai, " urainya.

Inilah yang menyebabkan penilaian di sisi Allah sangat minim, bahkan Rasuluullah menegaskan, tak dapat apapun dari puasanya kecuali haus dan lapar.

Setiap orang itu, lanjutnya, akan mendapatkan hasil tergantung niatnya. Apa yang diniatkan itu yang diperoleh.

Baca Juga: 6 Hal yang Harus Diperhatikan ketika Sholat agar Doa Terkabul, Simak Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

2. Terlalu mengakomodasi hal-hal yang merusak puasa.

Di antara orang yang puasa dan tarawih, kata Adi Hidayat, terlalu mengakomodasi hal-hal yang merusak puasanya.

Rasulullah bersabda, tetang keutamaan puasa Ramadhan, ditegaskan manfaat shiyam atau puasa adalah melatih seseorang supaya jadi perisai mencegah dia dari perbuatan tidak baik, yang kontra produktif.

Maka saat seseorang berpuasa dia harus berlatih menstabilkan emosinya, keadaan dirinya. Menghindari pembicaraan rafats. Turunan dari rafats itu bisa hoaks, gibah, celaan, perilaku kontraproduktif, juga kata-kata jelek.

"Jangan berlaku yang tidak pantas. Bilapun ada yang memprovokasi katakan saya sedang puasa. Kendalikan diri jaga kestabilan emosi," pesan Ustadz Adi Hidayat.

Dari sini, katanya, bisa disimpulkan, secara niat orang tersebut tidak ada masalah.

Namun pada praktiknya, ia terprovokasi oleh keadaan. Misalnya, tak sadar selagi ngobrol dengan kawannya, malah terbawa arus jadi membicarakan keburukan orang lain.

"Bukan untuk berbuat memperbaiki, membantu teman dari sifat-sifat buruknya. Tapi murni untuk menjelekkan orang lain, bergibah. Malah ada juga yang tega menjadi bagian agen provokasi. Itu berpotensi menjadikan puasa ternoda dan nilai puasanya hampa," jelasnya.

Mari jadikan puasa kita untuk melatih diri mencegah kita berbuat suatu yang buruk. Maksimalkan menjaga diri dari hal yang menjadikan nilai puasa minim.***

Editor: Zair Mahesa

Sumber: Youtube Ustadz Adi Hidayat Official


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah