DESKJABAR- Puasa di bulan Ramadhan adalah momen yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Muslim di seluruh dunia.
Ada banyak tradisi untuk menyambut bulan suci Ramadhan, salah satunya adalah tradisi Ruwahan.
Di masyarakat Indonesia bulan Sya'ban sering kali disebut Ruwah, sehingga tradisi menyambut Ramadhan disebut Ruwahan.
Umumnya tradisi Ruwahan ini dilakukan saat menjelang puasa Ramadhan.
Ruwahan adalah kegiatan berkumpul dengan keluarga, kerabat terdekat menjelang puasa Ramadhan.
Biasanya tradisi Ruwahan diisi dengan doa bersama untuk mendoakan ruh orang yang meninggal, dan biasanya diakhiri dengan makan-makan bersama.
Tradisi Ruwahan yang mengakar kuat di masyarakat Indonesia kerap kali dipertanyakan hukumnya.
Tidak hanya itu, ada juga yang mempertanyakan tradisi Ruwahan ini apakah termasuk amalan bid'ah?
Buya Arrazy Hasyim, kemudian menjelaskan terkait hukum tradisi Ruwahan dalam ceramahnya.
Dikutip DeskJabar.com dari kanal YouTube Cafe Rumi Jakarta berjudul ' HUKUM RUWAHAN-BUYA DR. ARRAZY HASYIM, MA' diunggah pada 18 April 2021.
Buya Arrazy Hasyim menyampaikan bahwa kata Ruwahan berasal dari kata arwah.
Bahkan biasanya para Ustadz, Imam masjid, Kiyai ketika diminta berdoa di bulan Sya'ban mereka membaca ila arwah.
Sehingga hal ini yang melatarbelakangi adanya tradisi Ruwahan di kalangan masyarakat.
Kata Buya Arrazy Hasyim, tradisi Ruwahan termasuk dalam ilmu kekinian atau ilmu hadis terbaru dan disebut sebagai istilah living sunnah.
Jadi sunah-sunah yang sudah menjadi budaya dalam kehidupan umat Islam.
Dan tradisi Ruwahan ini identik dengan perkumpulan dengan tujuan untuk mendoakan orang yang sudah meninggal.
Sedangkan kata Buya Arrazy Hasyim, banyak juga dalil atau hadis yang menjelaskan tentang Ruwahan ini.
Tidak hanya itu, menurut Buya Arrazy Hasyim tradisi Ruwahan bukanlah tradisi yang dibuat oleh masyarakat Indonesia.
Namun, tradisi Ruwahan diambil dari tradisi orang Mekkah lama.
"Tapi itu dibawa oleh orang-orang sini dari tradisi Mekkah lama yang setelah Wahabi berkuasa 1124 tradisi itu dihilangkan sama sekali dari Mekkah," ujar Buya Arrazy Hasyim.
Penghilangan tradisi Ruwahan tersebut dilakukan karena dikhawatirkan adanya suudzon.
Seperti kesalahan persepsi yang dikira menyembah ruh atau mengirim sesuatu yang tak terkirim.
Baca Juga: Puasa Ramadhan 2022 Kapan? Kata Muhammadiyah 2 April, Idul Fitri 2 Mei
Padahal tujuan Ruwahan adalah untuk mendoakan orang-orang yang sudah meninggal.
Lantaran orang-orang yang sudah meninggal itu menunggu doa dari orang yang masih hidup.
Sehingga kata Buya Arrazy Hasyim, tradisi Ruwahan menjelang Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk mendoakan arwah yang sudah meninggal.***