Karena memalingkan kepalanya itu, dia dipandang tidak tahan melihat darah, dan karena itu tidak memenuhi syarat.
Penolakan itu membuat Ki Ageng Selo marah dan berkeinginan mendirikan kerajaan sendiri. Bila cita-cita ini tidak dapat tercapai olehnya sendiri, maka dia mengharapkan keturunannya yang akan mencapainya.
Baca Juga: Kajian Tematik - Hikmah Kesalahan dan Dosa, Khalid Basalamah, Karena Masih Ada Kebaikan
Ki Ageng Selo kemudian pergi ke sebuah desa di sebelah timur Tawangharjo, Kabupaten Grobogan.
Dia hidup sebagai petani dan memperdalam ilmu agama, filsafat serta ilmu untuk memperluas pengaruh kepada rakyat.
Karya Ki Ageng Selo yang dikenal sampai sekarang adalah Pepali Sakti Ki Ageng Selo, yang berisi petuah-petuah tentang perilaku, yang sampai sekarang dilestarikan menjadi kearifan lokal masyarakat Grobogan, Jawa Tengah.
Dia di kemudian hari benar-benar menjadi orang berpengaruh. Desa tempatnya tinggal kemudian dinamakan Desa Selo. Di Desa ini juga Ki Ageng Selo meninggal dan dimakamkan.***