DESKJABAR - Tercatat lebih dari 150 erupsi gunung api di Indonesia dalam dua dekade terakhir.
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral merilis catatan tersebut, seperti dilansir Antara, Jumat, 4 Februari 2022.
Salah satu erupsi terkini adalah Gunung Anak Krakatau yang erupsi sejak Kamis 3 Februari 2022 hingga Jumat 4 Februari 2022 sore.
Baca Juga: 3 Menit Sebelum Gempa Banten, Gunung Anak Krakatau Erupsi, Kolom Abu Capai Ketinggian 1 Kilometer
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengungkapkan, tingkat aktivitas gunung api di Indonesia cukup tinggi dengan karakter dan tipe erupsi yang berbeda.
Ia menjelaskan, catatan aktivitas gunung api periode 2000-2021, menunjukkan lebih dari 150 erupsi dari 38 gunung api di tanah air dengan berbagai tipe erupsi, yaitu efusif, eksplosif, dan freatik.
"Catatan 150 erupsi dari 38 gunung api itu menimbulkan berbagai fenomena bahaya," ujar Hanik, Jumat.
Menurut dia, terhadap berbagai aktivitas gunung api, semua kalangan perlu melakukan identifikasi juga memahami bahaya serta risikonya sebagai bahan untuk mitigasi gunung api.
Ia menerangkan, identifikasi bahaya dan memahami risiko dapat dilakukan dengan pengamatan tipe erupsi gunung api dan periode pengulangan erupsi.
"Identifikasi fenomena-fenomena erupsi juga perlu, seperti awan panas letusan, awan panas guguran, gas, jatuhan abu, lahar, lava flow, dan tsunami, serta dampak jangkauan bahaya," tutur Hanik.
Jika aktivitas dan bahaya bencana gunung api sudah teridentifikasi, kata dia melanjutkan, dapat dilakukan upaya mitigasi bencana.
Mitigasi bencana tidak bisa dilakukan oleh satu instansi, tapi perlu dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) terkait.
Ia menjelaskan, mitigasi bencana gunung api meliputi peringatan dini, diseminasi informasi, edukasi, dan sosialisasi.
Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Afrial Rosa menerangkan bahwa seluruh stakeholder memiliki peran yang sama dalam melakukan mitigasi bencana gunung api.
Salah satunya adalah diseminasi informasi terkait mitigasi bencana gunung api kepada masyarakat.
Ia juga menyatakan, ada hal yang perlu diperbaiki antara semua stakeholder terkait agar diseminasi informasi dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat dengan baik.
"Perlu ada alur koordinasi yang jelas dalam sistem mitigasi bencana gunung api ini," ujar Afrial.
Menurut dia, alur koordinasi yang jelas itu berguna agar peringatan dini kondisi bencana itu dapat sampai ke masyarakat.
Erupsi Gunung Anak Krakatau
Seperti diberitakan DeskJabar.com, Gunung Anak Krakatau kembali mengalami erupsi pada Jumat, 4 Februari 2022, pukul 17:07 WIB.
Erupsi Gunung Anak Krakatau tersebut terjadi sekitar 3 menit sebelum gempa Magnitudo 5,5 mengguncang Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Jumat, 4 Februari 2022, pukul 17.10 WIB.
Menurut informasi dari Magma Indonesia, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), tinggi kolom abu Gunung Anak Krakatau teramati mencapai sekitar 1.000 meter atau 1 kilometer di atas puncak.
Gunung Anak Krakatau saat ini memiliki ketinggian sekitar 1.157 m di atas permukaan laut.
"Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur," kata Fahrul Roji, A.Md., dari Magma Indonesia.
Ia menjelaskan, erupsi Gunung Anak Krakatau tersebut terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 50 mm dan durasi 169 detik.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi merekomendasikan masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 2 km dari kawah.
Menurut informasi Indonesia Volcano Monitoring, erupsi anak Gunung Krakatau itu sebenarnya terjadi sejak Kamis, 3 Februari 2022, dan kembali terjadi pada Jumat, 4 Februari 2022, pagi.
Warga Banten di sekitar pantau Carita dan Labuan Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten mendengar suara letusan tersebut.
Akibatnya, warga sempat merasa cemas dan panik akibat erupsi Gunung Anak Krakatau, yang berada di perairan Selat Sunda.
Akibat erupsi pagi hari tersebut muncul kolom abu dari kawah Gunung Anak Krakatau setinggi 357 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Melalui Indonesia Volcano Monitoring, terlihat Gunung Anak Krakatau terus mengeluarkan abu vulkanik.
Erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat pagi itu tersebut terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 10 milimeter, dan durasi 0 detik.
Gempa yang berkenaan dengan aktivitas magma tercatat satu kali gempa embusan, sebanyak 17 kali gempa low frequensi, dan ada sembilan kali gempa vulkanik dangkal.***