Soal Hasil Otopsi dokter Hastry, UPDATE: Fakta Korban Pembunuh Ibu dan Anak di Subang

- 3 Februari 2022, 13:37 WIB
Anjas di Thailand kerap kali analisa kasus pembunuh ibu dan anak di Subang.
Anjas di Thailand kerap kali analisa kasus pembunuh ibu dan anak di Subang. /YouTube/Anjas di Thailand/

DESKJABAR - Kasus pembunuh ibu dan anak di Subang atau kasus Subang Jawa Barat, korbannya adalah Tuti Suhartoni dan  Amel Mustika Ratu di tanggal 18 Agustus 202,  telah banyak menyita perhatian publik.

Penggiringan opini kasus Subang di tengah berkecambuknya sorotan kepada para saksi, disebut sebut sebagai dampak dari lamanya pengungkapan yang dilakukan pihak kepolisian.

Ditambah dengan belum diumumkannya nama tersangka atau dalang dibalik kasus pembunuh ibu dan anak di Subang atau si perampas nyawa Tuti dan Amel.

Analisis yang dilakukan sejumlah YouTuber yang mengungkap kasus pembunuh ibu dan anak di Subang pun seakan memberi pengawalan terhadap kasus Subang.

Baca Juga: MENGUNGKAP KASUS SUBANG, Januari 2022 Sudah Lewat, Polisi Akan Mengumumkan Bulan Berikutnya?

Karena mau tidak mau kasus pembunuh ibu dan anak di Subang telah menjadi konsumsi publik.

Dikutip dari kanal YouTube Anjas di Thailand, berjudul DOKTER HASTRY ANGKAT SUARA !! PERANAN PRIA & WANITA YG BANTU AKTOR UTAMA SU..., dirilis 2 Februari 2022.

Dalam bahasannya itu, Anjas menuturkan, keterangan terbaru dari dokter Hastri ahli otopsi, yang melakukan otopsi kedua di lokasi makam almarhum Tuti dan Amel.

Saat itu banyak berita bermunculan bahwa ada komentar dari dokter Hastry yang mengatakan,  bahwa seratus persen kasus ini akan terungkap.

"Kemudian ada beberapa hal yang kita nilai dari ucapan itu sebagai sebuah kepercayaan," kata Anjas.

Percaya di sini artinya, tambah Anjas, bukan karena menggunakan perasaan tapi  sudah ada hal-hal yang sifatnya ilmiah dan linier dengan bidangnya.

Baca Juga: FANTASTIS! Inilah Penghasilan Anjas di Thailand dari Analisa KASUS SUBANG di Kanal YouTube

"Ini tentunya sudah mengarah ke orang-orang tertentu dari para saksi yang telah di hadirkan oleh tim penyidik," ucapnya.

Tapi apakah ini adalah bagian dari strategi Polda Jabar dari data-data yang sudah dipaparkan oleh dokter Hastry tersebut.

Bahkan, tambahnya, dokter Hastry yang ahli forensik  pernah mengungkap, jumlah tersangka sudah ditangan penyidik.

"Nah kalau seorang ahli di bidangnya menyatakan sesuatu hal yang sifatnya percaya diri seperti itu pasti bukan lagi berdasarkan perasaan," ucap Anjas.

Tapi itu sudah ada hal-hal yang memang sifatnya ilmiah. "Dimana si pelaku yang juga otak, berusaha menghilangkan barang bukti atau hal-hal yang bisa mengarah ke alat bukti," tutur Anjas.

Anjas menambahkan,  ada salah satu komentar netizen di akun Instagram milik dokter Hastry yang mengatakan, bahwa saat beliau memfour sebuah gambar, ikutan biar kekinian no hashtag.

Postingan itu, kata Anjas, muncul dari seorang warganet yang berkomentar, dan itu seakan memberikan kode untuk kasus Subang.

"Komentar warga net itupun direspon dokter Hastri  dengan menulis kata-kata bismillah," ucapnya lagi.

Bismillah ini, tutur Anjas, adalah sesuatu hal saat mengawali sebuah pekerjaan agar semuanya lancar.

"Lantas, apakah ini sebuah kode yang positif ataukah sebuah kode yang negatif, " tuturnya lagi.

Menurutnya, itu adalah sebuah kode yang positif. Karena di situ, tambahnya, ada aroma percaya diri luar biasa dari kata-kata bismillah tersebut.

Kemudian, tambahnya,  masih di instagram-nya dokter Hastry ada seorang netizen bernama Nanang, yang bertanya kapan pengumuman tersangka pelaku Subang, katanya dalam waktu dekat akan segera diumumkan.

"Tapi sampai sekarang  bahkan sudah hampir lima bulan lebih belum ada titik terangnya,  tanya seorang warganet,"ucap Anjas.

Kemudian, tambahnya, dokter Hastry menjawab komentar tersebut dengan tulisan tunggu Polda Jabar mas.

"Sebenarnya apa yang disampaikan doker Hastri bukanlah hal yang baru lagi, karena seberapa valid pun data dari otopsi kedua yang berhak mengeluarkan data-data tersebut adalah tim Polda Jabar," kata Anjas.

Dijelaskan, karena Polda Jabar  sudah mengambil secara resmi kasus ini dari Polres Subang sejak bulan November tahun 2021.

Meski demikian, tutur Anjas, di awal kasus ini muncul tetap ada penggabungan data mulai dari Polsek, Polres, Polda juga dari Mabes Polri.

Selanjutnya, ucapnya lagi, saat dokter Hastry menyatakan tunggu Polda Jabar, menurutnya Anjas, klik tentunya.

"Kalau dalam dunia militer semuanya pasti ada bagian-bagiannya masing-masing,  tidak boleh melangkahi ini, tidak boleh melangkah itu," jelasnya.

Tapi jika melihat dari jejak digital, tambahnya, dari yang telah disampaikan dokter Hastry di berbagai obrolan, terutama di channel Denny Darko, ada satu hal yang jadi pertanyaan.

"Bahkan kemungkin satu keraguan yang ku baca dari tim penyidik Polda Jabar, kenapa 
data-data dari dokter Hastry tidak dipakai untuk menjadi hal yang menunjuk ke alat bukti," kata Anjas.

Di sini, tambahnya,  hanya dibutuhkan dua alat bukti untuk menentukan satu orang tersangka.

"Apakah karena dokter Hastry dalam melakukan otopsi-nya di  hari Sabtu 2 Oktober 2021, sebulanan setelah kejadian di tanggal 18 Agustus,"ungkapnya.

Saat ditanyakan langsung olehnya melalui chanel Denny Darko ke dokter Hastry, beliau mengatakan  untuk masalah waktu tidak perlu dikhawatirkan.

Disebutkan, karena lokasi di tempat pemakaman kedua korban tersebut termasuk dalam kategori tanah kering.

"Yang artinya luka-luka dan juga hal-hal yang sangat penting lainnya di tubuh korban itu masih tertinggal dan ikut mengering," tambahnya.

Dari sini, kata Anjas, suda bisa terjawab beberapa netizen atau Polda Jabar atas keragu raguan hasil otopsi dokter Hastry tersebut.

"Perlu diakui pula hasil dari otopsi kedua tersebut tidak dirilis Polda Jabar,"imbuhnya lagi.

Kendati tidak dirilis Polda Jabar, namun saat dokter Hastry melakukan obrolannya dengan Profesor Adrianus di chanel Universitas Indonesia mengatakan, ketika otopsi yang kedua ada dua hal yang dilakukannya.

Dua hal tersebut adalah koreksi serta  menambahkan. "Nah saat hal menambahkan tidak dikasih tahu apa saja yang ditambahkan," ucapnya lagi.

Namun saat mengatakan hal dikoreksi, dokter Hastry mengatakan adalah waktu kematian.

"Waktu kematian ini  memang dikoreksi karena sangat mendasar akan berhubungan dengan alibi waktu kematian serta temuan-temuan di TKP," tuturnya.

Disebutkan, waktu kematian ini nantinya akan mengarah ke para pelaku, siapa saja yang terlibat.

"Disini sangat penting dalam menentukan waktu karena akan berhubungan dengan bukti di TKP,"tandasnya.*** 

Editor: Sanny Abraham

Sumber: YouTube Anjas di Thailand


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah