KHUTBAH: Memaknai Hari Raya Idul Adha di Tengah Pandemi

- 19 Juli 2021, 22:10 WIB
 Menteri Agama Umumkan mudik dan pelaksanaan Shalat Idul Adha 2021 di rumah saja
Menteri Agama Umumkan mudik dan pelaksanaan Shalat Idul Adha 2021 di rumah saja /ANTARA/Humas Kemenag/

Karena itu, marilah di hari raya ini, kita hiasi lisan-lisan kita dengan takbir, tahmid, tasbih dan tahlil sehingga menggetarkan jiwa kita untuk selalu tunduk dan patuh kepada-Nya. karena, setiap musibah yang Alloh turunkan kepada kita sesungguhnya untuk mengingatkan agar kita kembali kepada-Nya, untuk selalu berharap dan meminta pertolongan-Nya.

Mari kita doakan kerabat kita, sahabat-sahabat ktia, tetangga kita dan para ulama yang telah dulu wafat baik karena wabah Covid-19 atau yang lainnya, Alloh ampuni dosa mereka dan merahmati mereka. Semoga kematian mereka menjadi pengingat untuk kita semua, karena semuanya akan menghadap kembali kepada-Nya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah..

Idul Adha tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnnya. Pemerintah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan berbagai ormas Islam, seperti Muhammadiyah menyerukan untuk melaksanakan shalat id di rumah masing-masing. Pelaksanaan penyembelihan hewan qurban pun dianjurkan untuk diserahkan ke Rumah Pemotongan Hewan, atau kalau pun terpaksa dilakukan di lapangan masjid, kita tetap harus mematuhi protokol kesehatan dengan ketat. Sebagai ikhtiar untuk menghentikan penyebaran virus Covid-19, karena lonjakan kasus positif Covid-19 terus meningkat. Sementara, ketersediaan rumah sakit dan tenaga medis begitu terbatas.

Maka, sebagai wujud kepedulian marilah kita jaga kesehatan kita salah satunya dengan menjaga pola hidup sehat dan mengikuti 5 M, yaitu selalu menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas sosial kita. Selain berikhtiar maksimal, yang terpenting bagi orang-orang beriman tak pernah melupakan untuk berzikir di pagi hari dan sore hari, seraya memohon penjagaan dari Alloh Azza wa Jalla.

Rasululloh shallallahu alaihi wa sallam telah menegaskan bahwa seorang mukmin yang kuat lebih disukai Alloh daripada mukmin yang lemah. Kuat dalam hadist ini bisa dimaknai kuat fisiknya dan daya tahan tubuhnya. Dalam hadist lain, nabi pun mengajari kita untuk mengkonsumsi tujuh butih kurma ajwa setiap pagi sebagai penangkal racun dan sihir. Inilah salah satu contoh sunnah nabi untuk membentengi diri dari dari berbagai penyakit dan upaya meningkatkan daya tahan tubuh kita.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengobatan modern, saat ini kita mengenal berbagai vitamin untuk menguatkan kesehatan tubuh kita. Untuk menambah imunitas tubuh terhadap serangan virus, salah satunya dengan vaksin. Ilmu vaksin atau vaksinologi sudah berkembang pesat dan selama dua abad ini, beragam jenis vaksin sudah banyak ditemukan.  Inilah bagian dari eksplorasi manusia untuk mengungkap ayat-ayat Alloh (ayat-ayat kauniyyah).

Baca Juga: Idul Adha 2021, Protokol Kesehatan Pemotongan Hewan Kurban Diperketat, Inilah Prosedurnya

Edward Jener disebut sebagai bapak penemu vaksin pada tahun 1796, dengan menemukan vaksin cacar. Saat itu, dunia tengah digemparkan dengan virus smallpox atau cacar tanah yang wabahnya telah menewaskan lebih dari 400 ribu orang setiap tahun. Namun, jika kita kembali membuka sejarah ilmu kedokteran, sesungguhnya jauh sebelum itu, pada abad ke-9, seorang ilmuwan muslim, Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi telah merintis penelitian tentang penyakit cacar dan campak, seperti dalam kitabnya Al-Judari wa Al-Hashbah. Pengembangan obat untuk penyakit ini pun terus berkembang hingga era Turki Usmani.

Sejarawan Alison Bashford dalam Imperial Hygiene (2004:17) menyatakan, vaksinasi dimulai dengan preseden sebuah proses bernama inokulasi, yaitu praktik mencampurkan material penyakit kepada orang yang masih sehat agar terjadi kekebalan. Inokulasi cacar yang dipraktikkan pada era Turki Usmani terhadap Lady Mary Montague, istri Duta Besar Inggris untuk Istanbul ini dikenalkan ke Inggris dan negara-negara Eropa pada tahun 1700-an. Teknik ini yang nanti dikembangkan ilmuwan Inggris Edward Jenner pada 1796 dengan praktik inokulasi cacar sapi hingga berhasil lebih efektif (1798), hingga kita sekarang mengenalnya dengan istilah vaksin (Donald R. Hopkins, 2002).

Halaman:

Editor: Zair Mahesa

Sumber: Suara Muhammadiyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah