Network
DESKJABAR – Banjir yang terjadi berulang-ulang di sejumlah wilayah di Indonesia adalah sebagai akumulasi permasalahan tata ruang yang sudah terjadi dalam kurun waktu yang lama.
Direktur Eksekutif Forest Watch Indonesia (FWI) Soelthon Gussetya Nanggara memberikan contoh permasalahan dalam tata ruang yang terjadi, dimana hasil kajian FWI menemukan sekitar 17 persen izin hak guna usaha (HGU) di Kalimantan Timur berada di luar alokasi ruangnya.
Soelthon juga menyebut bahwa banjir besar yang terjadi di Kalimantan Selatan baru-baru ini, tidak pernah memasukkan faktor akumulasi kerusakan hutan dan dampaknya, dalam perhitungan penyebab bencana tersebut.
Baca Juga: PBGJB Klaim Ribuan Buruh Garmen di Jawa Barat Terkena PHK Akibat UMK yang Tinggi
Guru besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB, Prof. Hariadi Kartodiharjo yang ikut menjadi pembicara dalam diskusi yang diselenggarakan Thamrin School of Climate Change and Sustainability itu mengemukakan, bencana hidrometereologi , seperti banjir yang terus-menerus terjadi setiap tahunnya sebagai akibat akumulasi permasalahan tata ruang.
Perubahan yang menjadi salah satu faktor penyebab banjir berulang itu tidak terjadi seketika dan memiliki karakteristik lokasi bencana yang spesifik. Berbagai faktor bisa mempengaruhinya.
Mengutip dari Antara, Soelthon mengemukakan bahwa banjir berulang seperti yang terjadi di Kalimantan Selatan baru-baru ini, tidak hanya disebabkan satu faktor utama dan perlu melihat isu lain yang menyebabkan bencana itu terjadi.
Baca Juga: Apakah Makan Telur Setiap Hari akan Mengganggu Kesehatan Jantung? Ini Kata Harvard
"Sehingga ada satu klaim bahwa satu faktor yang punya pengaruh tinggi, iya, itu benar. Tapi tidak utuh semuanya, ada faktor-faktor lain yang seharusnya dilihat," kata Soelthon, dalam diskusi virtual tentang kaitan banjir berulang dengan permasalahan tata ruang, dipantau dari Jakarta pada Kamis 28 Januari 2021.
