Elon Musk Bikin Sayembara Berhadiah Rp1,4 Triliun, Linimasa Twitter pun Gaduh

- 23 Januari 2021, 08:34 WIB
CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk
CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk /Instagram.com/@elonmusk/

 

DESKJABAR - Pemilik Tesla Inc sekaligus pengusaha sukses, Elon Musk, membuat linimasa Twitter gaduh, Jumat, 22 Januari 2021, waktu setempat atau Sabtu, 23 Januari 2021.

Kehebohan itu terjadi setelah Elon Musk membuat Sayembara Berhadiah Rp1,4 triliun ($100 juta) bagi siapa pun yang dapat mengembangkan teknologi terbaik untuk menyerap emisi karbon dioksida.

Laman Reuters Sabtu, 23 Januari 2021, memberitakan, menyerap emisi yang memanaskan planet bumi menjadi bagian penting dari banyak rencana mengendalikan perubahan iklim. Akan tetapi hanya sedikit kemajuan yang dicapai melalui teknologi.

Baca Juga: Inilah 5 Gejala yang Menandakan Anak Terpapar Virus Corona (Covid-19), Waspada Ya

Alhasil, upaya yang dilakukan banyak negara hanya fokus pada pengurangan emisi karbon dioksida dibandingkan dengan upaya menangkap, menyerap, atau mengurainya dari udara.

Badan Energi Internasional pada akhir tahun lalu mengungkapkan bahwa teknologi penangkapan karbon dioksida dari atmosfer perlu segera diterapkan jika negara-negara ingin memenuhi target emisi nol.

"Saya menyumbang hadiah $100 juta bagi teknologi penangkap karbon terbaik," kicau Elon Musk melalui akun Twitter pribadi, @elonmusk.

Tak beberapa lama ia mencuit lagi. "Detailnya pekan depan."

Baca Juga: Mendikbud:  Daerah Wilayah Tertinggal Agar Lakukan Pembelajaran Tatap Muka

Hingga hari ini, kicauan Elon Musk tersebut mendapat lebih dari 511 ribu likes dan hampir 50 ribu kali retweets.

Banyak juga warganet yang menanggapinya komentar jenaka.

"Ini teknologinya. DM saya untuk bitcoin," kata @saidedean seraya melampirkan foto pohon.

Pohon selama ini diketahui menyerap karbon dioksida dari udara dan mengubahnya menjadi oksigen. Oleh karena itu, keberadaan pepohonan sangatlah penting bagi kehidupan.

Ternyata, Elon Musk tertarik untuk menjawab komentar sejumlah warganet yang memberikan jawaban pohon.

"Pohon merupakan bagian dari solusi. Tetapi, pepohonan butuh banyak lahan dan air. Kita butuh teknologi dengan skala industri besar-besaran dalam 10-20 tahun. Untuk saat ini, prioritas utama adalah mempercepat transisi ke ekonomi energi berkelanjutan," kata Elon Musk.

Baca Juga: PSG vs Montpellier, Lawan 10 Pemain Kylian Mbappe Sumbang Dua Gol

Warganet lainnya menanggapi dengan jawaban yang lebih serius.

"Apakah reaktor sabatier bisa dianggap teknologi penangkap karbon dioksida? Atau, mungkinkah mesin penangkap karbon yang bagus bisa digunakan untuk reaktor sabatier yang lebih kuat dan efisien," ujar @Erdayastronaut.

Reaktor sabatier, menurut Wikipedia, adalah reaktor yang prosesnya memproduksi metana dan air dari reaksi hidrogen dengan karbon dioksida pada suhu tinggi. Teknologi ini ditemukan ahli kimia Prancis Paul Sabatier dan Jean-Baptiste Senderens pada 1897. NASA menggunakan teknologi ini untuk mendaur ulang karbon dioksida di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

"Ini merupakan cara bagus untuk masalah energi roket yang terbaharui, jadi dapat memecahkan sebagian masalah. Tapi butuh rantai hidrokarbon yang lebih panjang dibanding CH4 yang dibutuhkan dalam keadaan solid di suhu ruangan," balas Elon Musk.

Baca Juga: Terapi Plasma Darah, Mengenal Metode Pengobatan Covid-19 yang Sudah Disetujui WHO & FDA

Baca Juga: SIM Gratis, Tujuh Golongan dengan Pertimbangan Tertentu Ini Bisa Mendapatkannya

Baca Juga: Info Covid-19 Jawa Barat, Empat Kantor PMI Ini Melayani Donor Plasma Darah

Selain memimpin Tesla, Elon Musk juga mengepalai perusahaan roket SpaceX dan Neuralink, sebuah startup yang mengembangkan antarmuka mesin otak dengan bandwidth sangat tinggi untuk menghubungkan otak manusia ke komputer.

Sayembara Berhadiah Rp1,4 Triliun yang dibuat Elon Musk tersebut agaknya sejalan dengan kebijakan Presiden AS Joe Biden yang salah satunya kembali fokus pada upaya memperbaiki lingkungan. Joe Biden berjanji mempercepat pengembangan teknologi penangkapan karbon sebagai bagian dari rencana besar untuk mengatasi perubahan iklim.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: Twitter REUTERS Wikipedia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x