DESKJABAR - Menjelang Bulan Ramadhan (puasa) 2023, banyak umat Muslim yang ingin mengetahui cara Nabi SAW menyambut bulan yang penuh berkah ini.
Selama bulan suci penuh keberkahan ini, umat Islam diwajibkan berpuasa. Tapi selain itu ada beberapa hal yang harus dilakukan selama bulan yang penuh berkah ini.
Ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari contoh Nabi SAW, seperti menahan diri dari makan dan minum selama siang hari, memperbanyak doa dan ibadah, serta memperbanyak sedekah.
Nabi SAW juga sering berbuka dengan kurma dan air putih, sebelum kemudian melaksanakan sholat Maghrib.
Baca Juga: Dampak Ekonomi Tol Getaci, Diprediksi Mampu Kembalikan Minat Masyarakat ke Industri Properti
Di samping itu, Nabi SAW juga selalu memperhatikan kebersihan dan menjaga adab selama berpuasa.
Dengan mengikuti contoh Nabi SAW, umat Muslim diharapkan dapat menjalankan puasa dengan baik dan mendapatkan keberkahan di Bulan Ramadhan.
Mengutip buku "Shaum seperti Rasulullah" karya Abu Al-Ghifari, berikut adalah cara Rasulullah melaksanakan shaum Ramadhan.
Puasa Ramadhan dari segi adab pelaksanaan sudah dijalankan dengan tepat oleh sebagian besar umat Islam.
Namun tidak menutup kemungkinan ada yang masih keliru.
Untuk lebih menyeragamkan tahapan pelaksanaan puasa Ramadhan, sengaja DeskJabar.com membahas secara khusus dalam artikel ini.
Adab shaum
Hal ini secara terperinci dibahas oleh Dewan Hisbah dalam bukunya "Risalah Shaum.
Persiapan ejak malam hari (tabyit)
Tabyít adalah mempersiapkan diri pada malam hari untuk melakukan sesuatu esok harinya. Maka bagi yang akan mengerjakan shaum diharuskan tabyit.
Baca Juga: Inilah Cara Melihat Khodam Pendamping Diri Sendiri, Gampang Sekali dan Tanpa Ritual
"Barangsiapa yang tidak 'tabyit' untuk shaum sebelum fajar, maka tidak ada puasa, baginya," hadits riwayat Ad-Daruquthni.
Tabyit juga suka disamakan dengan niat, sehingga ada yang berpendapat bahwa yang akan mengerjakan shaum diharuskan mengucapkan niat malam harinya.
Dalam hal ini As-Sayyid Sabiq menerangkan: "Tidak disyaratkan mengucapkan niat, sebab (niat) itu merupakan pekerjaan hati, tidak termasuk perbuatan lisan. Pada hakekatnya bermaksud mengerjakan sesuatu dalam rangka melaksanakan perintah Allah dan mengharapkan keridhaan-Nya," Fiqh Sunnah 1: 130.
Baca Juga: Tabung Gas Mendesis dan Mengeluarkan Bau, Inilah Cara Mengatasinya yang Mudah dan Aman
Jadi yang dimaksud dengan tabyit pada hadits diatas adalah memastikan diri untuk puasa esok hari, yaitu sesudah mengetahui dengan pasti bahwa esok hari adalah hari untuk shaum.
Hal ini berlaku untuk shaum yang ditetapkan hari atau tanggalnya, terutama untuk shaum Bulan Ramadhan. Dengan demikian untuk shaum yang tidak ditentukan hari atau tanggalnya tidak ada keharusan tabyit.
Rasulullah pernah shaum tanpa tabyit, seperti yang diceritakan oleh 'Aisyah, sebagai berikut:
Baca Juga: Asal Usul Puasa dan Manfaatnya yang Tak Disangka Bagus untuk Kesehatan Otak
"Nabi pernah masuk ke rumahku pada suatu hari, beliau bertanya, 'Apakah kamu punya makanan aku menjawab: 'tidak' beliau bersabda: Jika begitu aku shaum," HR Muslim, Shahih Muslim.
Hadits ini menjadi dalil bahwa shaum boleh tanpa tabyit jika shaum tersebut tidak ditentukan hari atau tanggalnya.
Makan Sahur
Makan sahur adalah makan sebelum fajar sebagai persiapan untuk melaksanakan ibadah puasa di siang harinya.
Hal ini sebagaimana dalam hadits yang artinya: "Hendaklah kamu makan sahur, karena di dalam sahur itu ada barokah," HR Al-Bukhari, Fathul Bari, 174.
"Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar," QS. Al-Baqarah: 187.***