Gunung Merapi Luncurkan 36 Kali Awan Panas dalam Sehari , Ini Penjelasan BPPTKG

27 Januari 2021, 19:43 WIB
Luncuran awan panas Gunung Merapi Rabu 27 Januari 2021 pukul 07.31 /Twitter/@BPPTKG/

DESKJABAR - Aktivitas Gunung Merapi telah memasuki fase erupsi efusif. Pada fase tersebut, pertumbuhan kubah lava terus meningkat dan disertai adanya guguran lava dan awan panas guguran (APG).

“Sejak tanggal 4 Januari 2020 Gunung Merapi telah memasuki fase erupsi yang bersifat efusif atau yang kita kenal juga sebagai Tipe Merapi, yaitu erupsi dengan pertumbuhan kubah lava kemudian disertai dengan guguran lava dan awan panas guguran,” ujar Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui siaran pers video, Rabu 27 Januari 2021.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat, Gunung Merapi telah mengeluarkan awan panas guguran (APG) sebanyak 36 kali pada hari Rabu hingga pukul 14.00 WIB.

Baca Juga: Gara-Gara Bencana Ini, Kementerian ESDM Jamin tak Ada Pemadaman Listrik Hingga Maret

Awan panas guguran tersebut dengan jarak luncur antara 500 hingga 3.000 meter dari kawah puncak.

Awan panas tersebut mengarah ke Barat Daya atau menuju ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong. APG juga tercatat di seismogram di amplitudo antara 15-60 milimeter dan durasi selama 83-197 detik.

Hanik juga melaporkan adanya dampak awan panas tersebut yakni terjadi hujan abu vulkanik dengan intensitas tipis di beberapa desa di Kecamatan Tamansari di Kabupaten Boyolali dan Kota Boyolali, Jawa Tengah.

Baca Juga: Ombudsman Menilai Masih ada Hambatan Dihadapi Pemprov Jabar dalam Vaksinasi

Dalam hal ini, Hanik mengimbau agar masyarakat tidak melakukan kegiatan di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III dengan jarak 5 kilometer dari puncak pada alur Kali Krasak, Kali Boyong, Kali Bedog, Kali Bebeng, dan Kali Putih.

Selanjutnya, untuk mengurangi risiko dari dampak abu vulkanik, pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat agar mengenakan masker hingga menutup sumber atau penampungan air.

“Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas di daerah yang direkomendasikan,” kata Hanik.

Baca Juga: Kelangkaan Pupuk tak Perlu Terjadi, Ini Penjelasan Ketua KTNA Winarno Tohir

“Masyarakat diimbau untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik seperti menggunakan masker, menggunakan kacamata dan menutup sumber air,” imbuhnya.

Hanik juga menjelaskan bahwa selain awan panas dan abu vulkanik, ancaman lain yang berpotensi terjadi adalah adanya lahar dingin, mengingat saat ini sebagian wilayah Indonesia memasuki musim penghujan.

Oleh sebab itu, pihaknya meminta agar masyarakat selalu waspada apabila terjadi hujan di kawasan puncak Gunung Merapi.

“Masyarakat juga perlu mewaspadai bahaya lahar dingin, terutama saat terjadi hujan di puncak merapi,” tuturnya. ***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: BNPB BPPTKG

Tags

Terkini

Terpopuler