BMKG Beberkan Penyebab Sejumlah Daerah di Pulau Jawa Rentan Banjir dan Longsor

- 16 Maret 2024, 05:45 WIB
Warga mendorong sepeda motor yang mogok akibat banjir di Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu 13 Maret 2024. BMKG sebut ada faktor lain selain anomali cuaca yang menyebabkan sejumlah daerah di Pulau Jawa rentan banjir dan longsir.
Warga mendorong sepeda motor yang mogok akibat banjir di Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu 13 Maret 2024. BMKG sebut ada faktor lain selain anomali cuaca yang menyebabkan sejumlah daerah di Pulau Jawa rentan banjir dan longsir. /ANTARA/HO-BPBD Semarang/

DESKJABAR - Belakangan ini kerap terjadi bencana banjir dan longsor di sejumlah daerah khususnya di Pulau Jawa. Mengapa banjir sering melanda daerah di Jawa? Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan penyebabnya.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, selain kondisi anomali cuaca-iklim, penurunan permukaan tanah juga memicu sebagian besar daerah di Pulau Jawa rentan terkena bencana banjir dan tanah longsor.

“Fenomena penurunan muka tanah ini diketahui merujuk dari hasil penyelidikan geologi yang diikuti oleh tim BMKG,” kata Dwikorita Karnawati, dikutup dari Antara, Jumat 15 Maret 2024.

Baca Juga: Cisanggarung Cirebon Meluap Ribuan Motor Terendam Hanya Terlihat Stangnya, Kini Bengkel Kebanjiran Servis

Baca Juga: Yogyakarta Diamuk Angin Kencang dan Hujan Deras, BPBD sebut Hampir 100 Rumah Rusak

Menurut Dwikorita Karnawati, Kota Semarang, Pekalongan dan Demak menjadi salah satu contoh daerah di Pulau Jawa yang paling kentara mengalami penurunan permukaan tanah itu.

Dari hasil penelitian itu diketahui, penurunan permukaan tanah menyasar wilayah pesisir Kota Semarang, Pekalongan dan Demak sekitar 10 centimeter per tahun. Fenomena ini sudah berlangsung terhitung sejak 10 tahun terakhir.

Dwikorita Karnawati menyebutkan, akibat penurunan yang berkelanjutan membuat saat ini permukaan tanah wilayah pesisir Jawa Tengah itu terpaut lebih rendah dari muka air laut.

Kondisi kian diperparah setelah analisis meteorologi menemukan hingga beberapa waktu ke depan atmosfer Indonesia masih akan dilanda aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) serta fenomena Gelombang Kelvin, Rossby Equatorial, dan tiga Bibit Siklon Tropis sekaligus.

“Itulah mengapa bila diguyur hujan air cepat menyebar, dan surutnya membutuhkan waktu lama dan juga tak sedikit berujung longsor,” ujar Dwikorita Karnawati.

Halaman:

Editor: Zair Mahesa

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x