Ketimpangan Digital Jadi Tantangan Sektor Ekonomi Kreatif

- 12 Januari 2024, 20:26 WIB
Ganjar Pranowo, Gus Kiki, dan  Yenny Wahid saat berziarah ke makam Gus Dur, Mbah Hasyim dan keluarga besar Pesantren Tebuireng
Ganjar Pranowo, Gus Kiki, dan Yenny Wahid saat berziarah ke makam Gus Dur, Mbah Hasyim dan keluarga besar Pesantren Tebuireng /

DESKJABAR - Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, masih banyak tantangan yang dihadapi pelaku ekonomi kreatif di berbagai bidang.

“Ekonomi kreatif ini kan luas ya. Ada sub sektor fashion, makan-minum (FnB), digital (apps), dan lainnya. Tentu tantangannya pun berbeda yang dihadapi masing-masing sub sektor,” kata Nailul, Jumat 12 Januari 2024.

Termasuk juga sektor digitalisasi, di tengah permintaan yang terus meningkat, namun sumber daya manusia masih terbatas. “Juga ketimpangan digital dimana infrastruktur menjadi salah satu problemnya,“ kata Nailul.

Baca Juga: Pemkot Bogor dan Pengelola Plaza Jambu Dua Sepakat Akses Jalan Masuk Pasar Jambu Dua Dibuka, Ini Alasannya!

Sebelumnya, Calon Presiden RI Ganjar Pranowo mengatakan pengembangan ekonomi kreatif dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan perekonomian sekaligus lapangan pekerjaan dalam negeri.

Untuk itu, Ganjar menyebutkan salah satu dukungannya nanti ialah mempercepat penyediaan layanan internet cepat hingga ke wilayah terluar di Indonesia.

"Kami dapat fasilitasi dengan internet cepat agar anak-anak Indonesia yang berada di ujung Indonesia sana bisa juga mempunyai knowledge yang bagus," ujarnya.

Pengetahuan mereka dapat ditampung, dikolaborasikan dalam sebuah ruang kreatif. "Mereka punya knowledge yang bagus maka sebenarnya creative hub-nya tinggal disediakan. Kolaborasi di antara mereka sebenarnya memunculkan tokoh-tokoh baru," kata Ganjar.

Nailul menegaskan, dengan digitalisasi, pasar terbuka melampaui batas wilayah. Namun di Indonesia, masih ada batas ‘jaringan’. Akses internet yang belum merata, membuat pasar berbasis digital terkonsentrasi di kota tier 1 dan tier ke 2 alias kota-kota besar.

“Meski secara market besar, namun pasar-nya terkonsentrasi di kota tier 1 dan 2. Kota tier 3 dan 4 masih sangat terbuka, namun potensi-nya terbatas. Makanya perlu dukungan untuk bisa masuk ke kota tier 3 dan 4,” ungkap dia.

Tidak bisa dipungkiri, kaitan antara ekonomi digital dan ekonomi kreatif sangat erat. “Sehingga kenaikan ekonomi digital akan mengerek ekonomi kreatif juga,” jelas Nailul.

Halaman:

Editor: Yedi Supriadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah