"Artinya, secara hisab, pada hari tersebut posisi hilal awal Syawal di Indonesia telah masuk dalam kriteria baru MABIMS," imbuh Kamaruddin.
Menurut kriteria baru MABIMS, imkanur rukyat dianggap memenuhi syarat apabila posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat. Kriteria ini merupakan pembaruan dari kriteria sebelumnya, yakni 2 derajat dengan sudut elongasi 3 derajat yang mendapat masukan dan kritik.
Berbeda dengan pendapat Kemenag, pihak Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) menjelaskan, posisi hilal awal Syawal 1443 H di Indonesia pada 1 Mei petang hari cukup kritis.
Pihak Lapan dalam twitterya, @LAPAN_RI pada 29 April 2022, menyebutkan ketinggian Hilal di Indonesia sesuai kriteria MABIMS yang baru, lebih besar dari 3°, yakni antara 3,75°- 5,55°, "akan tetapi elongasi atau sudut pisah antara Bulan-Matahari belum memenuhi kriteria MABIMS Baru, lebih besar dari 6,4°, yakni antara 4,88°-6,35°," ujarnya, Sabtu, 30 April 2022.
Ia menambahkan, hanya satu provinsi di Indonesia yang memenuhi kriteria MABIMS Baru setelah Matahari terbenam, yaitu Provinsi Aceh Darusalam. Di provinsi ini elongasi hilalnya dapat mencapai 6,4° saat ketinggian hilal masih lebih besar dari 3°.
Mana yang benar, Kemenag atau pendapat lain? Kita saksikan langsung Hilal Idul Fitri 1 Syawal 1443/2022 nanti sore ***