Total Korban Semeru di Lumajang yang Meninggal 22 Orang, Dan Desa Terdampak Erupsi Semeru

- 6 Desember 2021, 20:38 WIB
Erupsi Gunung Semeru di Lumajang Jawa Timur  mengakibatkan 22 orang meninggal dunia akibat terkena awan panas.
Erupsi Gunung Semeru di Lumajang Jawa Timur mengakibatkan 22 orang meninggal dunia akibat terkena awan panas. /Antara

Baca Juga: KASUS SUBANG: Hari Ini Danu Diperiksa Lagi, Akankah yang Terakhir? Mantan Kompolnas Sebut Pelaku Profesional

"Kami juga menerima laporan Pusdalops, masih ada 27 korban hilang yang masih jadi fokus pencarian tim pencarian, dan total masyarakat terdampak di dua kecamatan terdampak langsung guguran awan panas, maupun delapan kecamatan terdampak debu vulkanis sebanyak 5.205 orang," kata Abdul.

Abdul Muhari menjelaskan jumlah pengungsi di 19 titik pengungsian sebanyak 2.004 jiwa dengan rincian 305 jiwa di sembilan titik Kecamatan Pronojiwo, 1.136 jiwa di enam titik Kecamatan Candipuro, dan 563 jiwa di empat titik Kecamatan Pasirian.

Kebutuhan logistik dasar, permakanan, selimut, matras untuk para pengungsi sudah terpenuhi. Jika nantinya masih membutuhkan penambahan, Aam menjelaskan kementerian/lembaga sudah siap untuk memenuhi.
 

200 hektare gagal panen

Selain korban jiwa, erupsi Gunung Semeru di Lumajang juga membuat sekitar 200 hektare lahan pertanian di wilayah itu dipastikan gagal panen akibat lahar letusan Gunung Semeru.

Hal tersebut disampaikan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Agus Setiawan.

Baca Juga: Terbaru, KASUS MULAI TERBONGKAR, kasus Pembunuhan Subang, Ada Apa Danu Hari Ini Dipanggil Polisi?

Baca Juga: BIKIN DEG DEGAN, Danu Diperiksa Hari Ini Kasus Pembunuh Subang, Apa Bisa Pulang atau Menginap di Polda Jabar ?

Agus mengatakan, ratusan lahan itu berada di Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro Kabupaten Lumajang.

"Ini masih catatan awal di dua kecamatan, di sana ada tanaman kebun, tanaman lereng gunung dan aliran sungai. Semuanya terdampak. Untuk komoditas, di antaranya padi, opalawija serta sengon," kata Agus.

Agus mengatakan luas lahan lain yang belum bisa terdata adalah komoditas kopi, karena petani belum bisa naik dan memastikan apakah tanaman kopi mereka sudah mati atau masih bisa diselamatkan.

"Kalau kopi ada di lereng, tetapi karena belum bisa naik ke atas, teman-teman petani di Desa Oro-Oro Ombo belum bisa memberikan kabar ke kami apakah tanam masih utuh atau tidak," kata Agus.***

 

Halaman:

Editor: Ferry Indra Permana

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah