Hentikan Kegaduhan Sosial, Pemerintah Mutlak Harus Revisi Kamus Sejarah Indonesia

- 2 Mei 2021, 10:48 WIB
FGD - Apa dan mengapa pendiri NU tidak tercantum dalam Kamus Sejarah Indonesia.
FGD - Apa dan mengapa pendiri NU tidak tercantum dalam Kamus Sejarah Indonesia. /Istimewa/

Lebih jauh disampaikan, kegaduhan seperti ini tidak akan bisa diselesaikan dengan ucapan permintaan maaf, sebab kemarahan hanya gejala, hanya asap. Jika ingin tuntas maka harus dikoreksi paradigmanya, seperti menghilangkan asap dengan mengambil bahan terbakarnya.

Selain karena masalah-masalah instrumental (seperti kepentingan politis yang menekan dan keterbatasan penulisnya), terdapat dua persoalan abadi yang mengancam objektivitas penuturan peristiwa sejarah.

Baca Juga: Ramainya Kontes Burung Kicau di Lebak, Perajin Sangkar Burung dari Bambu Kebanjiran Pesanan

“Kesatu, sejarah terus mengalami perubahan bentuk, seperti kisah Proteus dalam Odysey, puisi kedua dari dua syair epik besar Yunani Klasik,  karena sejarah senantiasa menambah dirinya. Lebih dari itu, zaman kita – tempat kita meneropong sejarah – juga berubah dengan dua fitur utama yaitu terjadinya akselerasi perubahan dalam tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya sebagai akibat ‘penghancuran jarak’ melalui kemajuan teknologi; dan kedua,  masa lalu menjadi semakin protean. Masa lalu berubah bukan hanya karena pengalaman baru kita, tetapi juga karena temuan-temua arekeologis,” ujar Karim menguraikan.

Kedua, ia menambahkan, subjektivitas pandangan parsial. Pada umumnya manusia melihat apa yang diharapkan untuk dilihat dan mengingat apa yang menurut mereka penting. Oleh karena itu, menyepakati defenisi kamus sejarah dan apa yang seharusnya ada, serta cara kerja (metodologi) yang berterima secara keilmuan menjadi keharusan.

“Menyepakati definisi dan apa yang harus ada kamus sejarah menjadi penting karena hingga kini terdapat perbedaan tentang parameter kamus sejarah. Ada kelompok yang memandangnya sebagai sesuatu yang harus lengkap, namun terdapat pandangan sebaliknya. Bagi kelompok terakhir kamus sejarah berfungsi memberi petunjuk bagi mereka yang ingin mencari informasi lebih detil atas apa yang ditulis di dalamnya,” ujarnya.

Baca Juga: Inilah 5 Manfaat dari Biji Selasih, Salahsatunya Mampu Mengatasi Kolesterol

Metodologi atau cara kerja penyusunan penting disepakati secara keilmuan agar entri yang masuk bukan semata-mata apa maunya penguasa, atau apa yang diingat dan diingini penulisnya, melainkan merekam peristiwa masa lalu, dan membiarkannya bercerita menyampaikan hikmah bagi orang-orang yang hidup kemudian.

Hal senada disampaikan Reiza Dienaputra yang menegaskan, bahwa Kamus Sejarah Indonesia bermula dari problem metodologis sehingga menimbulkan eksplanasi yang tidak utuh.

Di sisi lain, Agus Mulyana menegaskan, Kamus Sejarah Indonesia merupakan dokumen ‘official history’ yang sudah selayaknya tidak menyimpang dari dokumen Sejarah Nasional Indonesia yang sudah ada.***

Halaman:

Editor: Syamsul Bachri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x