Umat Hindu Bali Rayakan Hari Raya Galungan, Tepat Rabu Kliwon Wuku Dunggulan

- 14 April 2021, 18:22 WIB
Umat Hindu bersiap mengikuti persembahyangan Hari Raya Galungan di Pura Aditya Jaya, Rawamangun, Jakarta, Rabu (14/4/2021). Hari Raya Galungan yang merupakan hari merayakan kemenangan kebaikan (Dharma) melawan kejahatan (Adharma) itu diikuti umat Hindu dengan menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran COVID-19. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/rwa.
Umat Hindu bersiap mengikuti persembahyangan Hari Raya Galungan di Pura Aditya Jaya, Rawamangun, Jakarta, Rabu (14/4/2021). Hari Raya Galungan yang merupakan hari merayakan kemenangan kebaikan (Dharma) melawan kejahatan (Adharma) itu diikuti umat Hindu dengan menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran COVID-19. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/rwa. /Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
 
DESKJABAR- Hari Raya Galungan merupakan salah satu hari raya umat Hindu Bali, merupakan  hari kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan) yang diperingati setiap 6 bulan sekali menggunakan perhitungan kalender Bali.
 
Perayaan Hari Raya Galungan tahun 2021, dilakukan pada Rabu, 14 April 2021 ini.  Pada hari yang suci bagi umat Hindu Bali merayakan galungan dengan memakai baju adat yang didominasi warna putih.
 
Perayaan Hari Raya Galungan identik dengan penjor yang dipasang di tepi jalan, menghiasi jalan raya yang bernuansa alami, Penjor adalah bambu yang dihias sedemikian rupa.
 
 
Pada zaman modern ini, apalagi sebagai tujuan pariwisata, pulau Bali kerap disorot sebagai pulau yang indah sekaligus ritual.
 
Mengutip dari laman Kemenag.go.id, Rabu, 14 April 2021, disampaikan Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali yang juga Rektor Universitas Hindu Negeri (UHN) IGB Sugriwa I Gusti Ngurah Sudiana,  bahwa umat Hindu sedang mengerjakan Hari Raya Galungan dan Kuningan, bahwa Galungan dirayakan setiap enam bulan sekali, tepatnya pada Rabu Kliwon Wuku Dunggulan.
 
Menurutnya Hari Raya Galungan dan Kuningan merupakan momen spesial bagi umat Hindu.
 
"Bagi orang Bali, Galungan dan Kuningan merupakan momen spesial yang menandakan kemenangan Dharma melawan adharma (kejahatan)," katanya.
 
 
Menurutnya ini menjadi pemandangan biasa jika kemenangan dirayakan dengan kegembiraan. 
 
“Di depan rumah biasanya ada 'penjor' yang dihias dengan berbagai hasil bumi (padi, kelapa, tebu dan lain-lain),” jelasnya.
 
Selanjutnya penjor adalah perlambang gunung yang memberikan kesejahteraan dan keselamatan. 
 
Wujudnya seperti Naga Basuki, Penjor dibuat seindah mungkin dengan menggunakan unsur-unsur alam seperti bambu, janur, padi, umbi-umbian (pala bungkah), pala gantung (kelapa, pisang, tebu). 
 
 
Semua hasil bumi ditaruh di penjor sebagai wujud syukur atas segala kemakmuran dari Sang Hyang Jagadkarana.
 
Sehari sebelumnya, ada Penyajaan (hari Senin) dan Panampahan (hari Selasa) yang menjadi momen untuk membuat segala macam jajan (kue) dan juga olahan lawar.
 
Spesial daging
 
Menurutnya, momen Panampahan sangat ditunggu-tunggu karena bisa makan makanan spesial, yakni makan masakan olahan daging. 
 
Kenapa spesial?  karena kebanyakan keluarga-keluarga atau masyarakat di Bali saat itu sangat jarang makan daging. 
 
 
Masakan disajikan dalam momen tertentu, terutama untuk persembahan Yadnya. 
 
Selesai dihaturkan kepada Ida Hyang Bhatara, baru bisa "ngelungsur" sebagai Prasadham.
 
Selain momen makan spesial, tambah I Gusti Ngurah Sudiana, suasana juga berkesan dengan memakai baju baru. 
 
Begitulah batasan, Galungan selalu ditunggu anak-anak, terutama karena akan dibelikan baju baru.
 
 
Bahkan, kata I Gusti Ngurah Sudiana, momentum Galungan menjadi sangat spesial bagi pengantin baru. 
 
Karena warga Banjar akan datang ke rumah penganten membawa tumpeng banten.
 
"Warga sekitar juga bisa ikut serta merasakan kepuasan pasangan penganten baru. Pulang dari rumah penganten biasanya diberi" tape ", sehingga bisa ikut merasakan manisnya tape," tambahnya.***
 

Editor: Kodar Solihat

Sumber: kemenag.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah