Ramadhan di Perkebunan, Begini Suasana Kehidupan Penyadap Karet di Garut

- 15 Maret 2024, 15:30 WIB
Suasana menyadap karet di PTPN I Regional 2 Kebun Bunisari Lendra, Cisompet, Garut, tampak penyadap bernama Ade.
Suasana menyadap karet di PTPN I Regional 2 Kebun Bunisari Lendra, Cisompet, Garut, tampak penyadap bernama Ade. /dok PTPN I Regional 2 Kebun Bunisari Lendra

DESKJABAR – Berbagai barang kebutuhan sehari-hari sangat banyak menggunakan bahan baku karet alam, misalnya ban mobil. Karet alam diperoleh dari hasil sadapan getah pohon-pohon karet dari unit-unit perkebunan karet, termasuk di Indonesia yang masih menjadi penghasil utama.

Pada bulan Ramadhan, aktivitas kerja tetap dilakukan pada berbagai bidang, termasuk usaha perkebunan karet. Ada suasana tersendiri, pada kalangan karyawan lapangan di perkebunan karet ketika bulan Ramadhan, misalnya di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Suasana bulan Ramadhan tetap menjadikan semangat untuk mengejar pendapatan dari menyadap karet.  Walau tentu saja biasanya ketika sedang puasa, sering terasa lemas, lapar, dan haus, bisa disiasati dengan mengatur waktu melakukan waktu menyadap karet.

 Baca Juga: 9 Komoditas Perkebunan di Jawa Barat Tahun 2024, Naik Permintaan, Misalnya Karet, Teh, dan Cengkeh

Begini suasananya

Pada Maret 2024 saat Ramadhan, di Garut juga mengalami situasi kondisi cuaca sedang sering berubah. Namun, unit-unit perkebunan karet di Indonesia banyak yang sedang memacu peningkatan produktivitas agar tetap dapat memperoleh laba usaha.

Suasana demikian, diantaranya juga dialami tenaga penyadap karet di perkebunan Bunisari Lendra, PTPN I Regional 2 di Kecamatan Cisompet, Garut. Ada yang sengaja pergi ke kebun untuk menyadap karet pada dini hari, agar target pekerjaan selesai, sehingga siangnya bisa lebih santai saat Ramadhan.

Salah seorang penyadap karet di perkebunan Bunisari Lendra, Ade ketika ditanya oleh DeskJabar, Jumat, 15 Maret 2024, menyebutkan, mensiasati dengan ketika dini hari saat gelap sudah ke kebun.

 Baca Juga: Perkebunan Karet Rakyat di Jawa Barat Diarahkan Jual Lateks, Harga Lebih Tinggi

Biasanya, pada pukul 03.30 WIB sudah berangkat ke kebun atau sahur di kebun, agar pekerjaan menjadi lebih cepat selesai dengan baik. Bahkan, ia pun pernah beberapa kali, pukul 02.30 WIB sudah berada di gelapnya rimbunan pohon-pohon karet di perkebunan.

Apakah pernah bertemu hantu ?

Suasana gelapnya malam atau tepatnya dini hari di perkebunan karet, sudah terbiasa dilakukan penyadap pohon karet. Bahkan, para penyadap pohon karet tidak takut suasana gelap di tengah gelapnya rimbunan pohon-pohon karet, yang mungkin ada makhluk halus.

“Hal yang ditakutkan ketika menyadap karet saat gelap malam hari, hanya jika kebetulan ada ular. Soal isu ada hantu di perkebunan karet saat gelap, sudah bukan sesuatu yang ditakutkan oleh para penyadap karet,” ujar Ade sambil tertawa, sambil mengobrol dengan personel PTPN I Regional 2, Jejen, yang juga dikenal dengan YouTube Lendra Channel.

Bahkan, katanya, pada bagian perkebunan dimana ia menyadap karet, ada juga dekat sebua kuburan tua yang dianggap mistis oleh orang sekitar. Tetapi ketika sedang pada lokasi itu menyadap karet saat malam hari, ternyata tidak ada sesuatu yang menakutkan.

Baca Juga: Investasi Pabrik Karet Muncul di Purwakarta, Bisnis Perkebunan di Jawa Barat Punya Pasar Baru

Nah, saat gelap gulita diantara pohon-pohon karet, menurut Ade, untuk penerangan kini rata-rata menggunakan lampu senter yang dipasang di kepala. Jadinya, dalam suasana sepi seorang diri pada gelapnya rimbunan pohon karet, nyala lampu senter di kepala menjadi teman.

Menurut Ade, lain halnya jika ke kebun karet sudah “agak siang”, dikhawatirkan pekerjaan menjadi terganggu merasa lemas, lapar, dan haus ketika puasa. Karena itu dirinya lebih memilih ke kebun ketika suasana masih gelap gulita, apalagi sudah terbiasa.

Pada saat normal dan ada matahari, proses penyadapan getah karet dalam keadaan bagus. Lain halnya ketika musim hujan besar, penyadapan terhenti karena faktor cuaca dan kondisi keamanan dalam kawasan populasi pohon-pohon karet.

Soal apakah suka ada keluhan diantara orang-orang perkebunan dengan situasi di keseharian, Ade menjawab sambil tertawa pula, "Duh harga beras di pasaran masih mahal," ujarnya. ***

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x