Kota Bogor Darurat TBC Tertinggi di Jawa barat, 1.025 Kasus, 154 Penderita Anak - Anak dan 14 Orang Meninggal

- 2 Maret 2024, 10:15 WIB
Bogor Darurat TBC, tertinggi di Jawa barat
Bogor Darurat TBC, tertinggi di Jawa barat /eleng.bulelngkab.go.id/

DESKJABAR - Penyakit Tuberculosis (TBC) di Kota Bogor dalam kurun waktu dua bulan di awal tahun 2024, mengalami lonjakan yang cukup signifikan.

Dinas Kesehatan (Dinkes) kota Bogor mencatat, sedikitnya penderita TBC pada awal tahun 2024 (periode Januari - Februari) ada 1.025 kasus TBC.

Dari jumlah penderita penyakit TBC yang mematikan sebanyak itu, 154 orang merupakan penderita anak - anak di bawah umur.

Selanjutnya, Dinkes kota Bogor juga merilis data, dari jumlah kasus penyakit TBC, 14 orang diantaranya dinyatakan meninggal dunia dalam kurun waktu dua bulan.

Baca Juga: Menkes Budi Gunadi Sadikin Berikan Kuliah Umum Kepada Civitas Akademik IPB University, Kedokteran Masa Depan

Penderita TBC Tahun 2023

Sementara itu, pada tahun 2023 Dinas Kesehatan kota Bogor juga mencatat sedikitnya ada 9.120 kasus Tuberculosis (TBC) dan mengakibatkan kematian.

Jumlah kasus penderita TBC di kota Bogor dalam kurun waktu satu tahun, yakni tahun 2023, tercatat ada 1.690 penderita TBC merupakan anak - anak.

Dan dari jumlah kasus dan jumlah penderita TBC selama tahun 2023, tercatat ada 287 orang penderita TBC meninggal dunia di kota Bogor.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) kota Bogor Sri Nowo Retno mengatakan bahwa dengan memperhatikan kasus TBC di Kota Bogor selalu tinggi setiap tahun.

Baca Juga: KETOK PALU : Mahkamah Konstitusi (MK) Hapus Ambang Batas Parlemen 4 Persen, Ini Alasanya !

Langkah - langkah pencegahan yang dilakukan saat ini di kota Bogor yakni dengan menggencarkan sosialisasi untuk mempercepat eliminasi TBC.

Secara Nasional lanjut Retno, target eliminasi TBC pada tahun 2030 mencapai 65 kasus per 100 ribu penduduk.

"Penanganan TBC harus diselesaikan secara lintas sektoral,"tagsanya.

Aplikasi Si Geulis Pantau Penderita TBC

Saat ini Dinkes kota Bogor juga sedang gencar mensosialisasikan aplikasi Sistem Informasi Gerakan Eliminasi Turboculosi (Si Geulis).

Baca Juga: KETOK PALU : Mahkamah Konstitusi (MK) Hapus Ambang Batas Parlemen 4 Persen, Ini Alasanya !

Apilikasi ini untuk memperkuat pemetaan kasus TBC dengan pola by nam by address, sehingga dapat dilihat secara geopasial hingga faktor risiko.

"Dengan aplikasi ini, bisa dilihat rumahnya apakah ada ventilasi, kemudian status gizinya. Apakah di rumahnya ada yang merokok, apakah punya TBC atau tidak, itu lengkap semua," ujar Retno.

Melalui pantauan aplikasi Si Geulis, apabila ditemukan rumah yang tidak memiliki ventilasi udara yang baik, maka akan dilakukan intervensi melalui program rumah tidak layak huni (Rutilahu).

Selain itu, lanjut Retno gizi para penderita TBC dapat terpantau, sehingga memudahkan melakukanintervensi oleh aparatur wilayah hingga Puskesmas untuk memastikan update penanganan.

Baca Juga: UPDATE PALING ANYAR, Real Count KPU 54,51 Persen, 10 Caleg Ini Dipastikan Raih Kursi DPRD Kota Bogor Dapil 1

Kedepan tutur Retno, Dinkes kota Bogor akan memperkuat penanganan hingga di tinggkat RW dengan melibatkan para kader.

"Kami akan aktifkan RW siaga TBC. Dulu kita punya RW siaga covid-19, sekarang RW Siaga TBC, dan pelatihan untuk kader sudah dilakukan," tegasnya.

Wilayah Sebaran Penyakit TBC

Dua wilayah ini yakni Kelurahan Bondongan dan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan merupakan terbanyak warga yang menderita penyakit TBC dengan jumlah masing - masing 24 kasus.

Sedangkan dua kelurahan ini yakni Genteng dan Babakan yang terendah dalam kasus penyakit TBC, dengan jumlah masing - masing hanya dua kasus.

Baca Juga: Musbah Beruntun Dialami PT Kahatex, Sebelumnya Diterjang Angin Tornado Kini Kebakaran Hebat

Sementara Sekretaris Daerah (Sekda) kota Bogor, Syarifah Sofian meminta aparatur wilayah dan puskesmas untuk mengantisipasi dan menanggulangi TBC.

"Kita tidak bisa santai, karena kasus TBC di kota Bogor tertinggi di Jawa barat. Sementara Jawa barat tertinggi di Indonesia, ini harus kita tangani dan tanggulangi secepatnya," ujar Syarifah.

Menurut Syarifah, TBC bisa sembuh dengan cara minum obat secara rutin selama enam bulan tanpa berhenti. Lalu dia memberikan informasi kalkulasi pembiayaan bagi penderita TBC hingga sembuh.

Dalam pengobatan penderita TBC kata Syarifah, sedikitnya diperlukan biaya sebesar Rp 250 juta pertahun, hingga pasien sembuh. 

"Ya diperkirakan Rp 250 juta/per pasien/tahun, jauh lebih mahal ketimbang biaya penderita Covid-19 hanya Rp 100 juta/tahun/orang,"tandasnya.***  

Editor: Agus Sopyan

Sumber: Dinkes Kota Bogor


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah