Sabil Guru Honorer yang Dipecat Gegara 'Maneh', Kini akan Jadi Fotografer Kang Dedi Mulyadi?

- 19 Maret 2023, 17:34 WIB
Muhammad Sabil Fadhilah bertemu dengan Dedi Mulyadi.
Muhammad Sabil Fadhilah bertemu dengan Dedi Mulyadi. /Dok. Dedi Mulyadi

DESKJABAR – Muhammad Sabil Fadhillah, seorang guru honorer asal Cirebon yang berhenti bekerja gegara viral berkomentar ‘maneh’ bertemu dengan Kang Dedi Mulyadi, kemarin.

Sabil memang menjadi perbicangan di media sosial hingga menjadi perbicangan setelah memberikan komentar di media sosial instagram Ridwan Kamil dengan menyebut maneh kepada Gubernur Jabar Ridwan Kamil.

Sebenarnya, komentar tersebut tidaklah nada menyinggung siapa siapa karena hanya mempertanyakan saja, namun yang menjadi viral justru karena dengan kejadian itu malah Sabil dipecat dari guru honorer sebuah SMK di Cirebon.

Baca Juga: Sikap Kritis AHY terhadap Pemerintah akan Mengisi Ruang Kosong, Partai Oposisi Menyongsong Pemilu 2024

Kang Emil pun langsung melakukan klarifikasi terkait viralnya masalah tersebut, bahkan Ridwan Kamil meminta kepada pejabat setempat untuk tidak memecatnya tapi menegur saja.

Namun kadung sudah dipecat meski Sabil kembali diminta untuk kembali mengajar namun tidak digubrisnya dan memilih berhenti.

Banyak yang simpati terhadap Sabil terkait dengan kejadian tersebut bahkan Kang Dedi Mulyadi pun menemui Sabil.

Dalam pertemuan itu Sabil mengaku bahwa sebutan ‘maneh’ dalam komentarnya adalah sebuah panggilan akrab. Karena ia menilai orang yang dikomentari adalah sosok yang friendly.

“Beberapa kali juga pernah ketemu dengan beliau. Saya memandang beliau sosok yang akrab, lebih ke friendly,” kata Sabil.

Ia tak menyangka komentar kritikan tersebut akan viral hingga ditandai sebagai komentar yang ditandai. Sebab ia mengaku sudah sering berkomentar tapi baru kali ini menjadi viral hingga akhirnya ia berhenti dari pekerjaannya.

Baca Juga: MENU SAHUR PRAKTIS,  Telur Dadar Padang Ala Ade Koerniawan

Pihak sekolah tempat Sabil mengajar sebetulnya telah memberikan kesempatan kedua untuk ia kembali mengabdi. Namun Sabil memilih untuk berhenti dan mengundurkan diri sebagai guru SMK di Cirebon.

Sementara itu Kang Dedi menjelaskan, awalnya Sunda yang berpatokan pada Pajajaran tidak mengenal istilah undak usuk dalam berbahasa.

“Stratifikasi di Sunda itu saamparan, sajajaran, tidak ada tingkatan manusia semua sama. Orang Sunda itu hidup dalam kesetaraan,” ucap Kang Dedi.

Berjalannya waktu masuklah era Sunda priangan yang mendapat pengaruh stratifikasi manusia seperti menak atau anak ningrat. Hingga muncul sebutan atau bahasa untuk diucapkan kepada yang lebih tua, lebih muda, sebaya, kepada pimpinan dan sebagainya.

Tetapi, kata Dedi, dalam pandangannya pengucapan bahasa tergantung dari hati personal. “Jadi kalau bahasanya halus tapi hatinya benci ya tetap saja nyelekit, kalau bahasanya dianggap kasar tapi akrab ya itu candaan,” katanya.

Menurut Kang Dedi, kata maneh atau dalam bahasa Indonesia berarti kamu bisa diartikan sebagai panggilan akrab dan penuh cinta. Bahkan sebelum mengenal kata sayang seperti sekarang, orang tua zaman dulu menggunakan ‘maneh’ untuk panggilan sayang pada pasangannya.

“Makanya dulu ada penulis lagu Sunda judulnya ‘potret manehna’ ciptaan Nano S itu terkenal tahun 87an. Mungkin bagi orang yang tidak tahu latar belakang seperti ini, orang priangan, bisa jadi kalimat itu tidak sopan,” ucap Kang Dedi.

Pengalaman Kang Dedi sebagai bupati pernah dianggap tidak etis secara birokrasi sebab ia lebih memilih disebut ‘akang’ dibanding ‘bapak’. “Waktu itu diprotes dianggap tidak mengerti etika birokrasi, ke sini-sini begitu sebutan akang laku , kakek-kakek mau nyalon (jadi pejabat) maunya disebut akang,” tuturnya.

Di sela-sela obrolan Kang Dedi menanyakan kegiatan Sabil pasca viral. Sabil mengaku saat ini menganggur dan sedang mencari kerja.

“Sekarang mah job seeker, masih cari kerja. Barang kali mau dijadikan fotografer atau kameramen akang (Kang Dedi) boleh, itu juga kalau ditawarin,”ucap Sabil.

“Serius nih? Kita juga lagi kurang fotografer Bener gak nih? Kalau bener salaman,” timpal Kang Dedi.

“Deal,” ucap keduanya saat berjabat tangan.

Di akhir obrolan, Kang Dedi berharap semua orang bisa menghadapi segala sesuatu secara rileks dan tak perlu tegang. Ia pun mengkritik Sabil sebagai seorang insan pengajar harus peka saat melontarkan kritik jangan sampai menimbulkan multitafsir.

Baca Juga: Frets Butuan: Pemain Persib Akan Lakukan Ini Saat Berlaga Melawan Dewa United di Liga 1 Musim Ini

“Dan saya mengkritik Kang Sabil, dia lupa bahwa dia seorang guru yang ketika masuk ke media sosial akan menimbulkan multitafsir, karena kulturnya bukan hanya pantura di media sosial. Kita juga harus menghormati kultur, mengkritik boleh tapi pilih diksi bahasa yang tidak menimbulkan kontroversi dan ketersinggungan,” pungkas Kang Dedi Mulyadi.***

Editor: Yedi Supriadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x